Page 17 - MAJALAH 174
P. 17
SUMB ANG SARAN
SUMB ANG SARAN
gravitasi itu, yakni Allah. Saat
ini kita sering membuat arah
kiblat sendiri, yaitu menjadikan
kehidupan dunia sebagai pusat
gravitasinya. Sehingga banyak
orang mencari jalan pintas untuk
mengumpulkan pundi-pundi
kebahagiaan. Misalnya, melalui
korupsi untuk mengumpulkan
harta, melalui nepotisme untuk
mendapatkan jabatan, dan
berbagai cara lainnya untuk
memenuhi kebahagiaannya itu.
Pada lain hal, ibadah haji
bukan hanya dituntut untuk
meningkatkan hubungan dengan
Allah semata (hablun min
Allah), kita juga dituntut
untuk memperkuat hubungan
kita dengan manusia (hablun
min al-nas). Hal ini di simbolkan
mengakui bahwa dunia ini Artinya segala dosa-dosa orang oleh penyembelehan kambing
hanya tempat sementara saja, itu diampuni, selayaknya anak yang dilakukan Nabi Ibrahim
dan mampu sesegera mungkin bayi yang baru lahir ke dunia. Oleh as.. Saat itu kambing menjadi
berbekal untuk mempersiapkan karenanya, sepulang melakukan lambang kekayaan. Maka
perpisahannya dengan dunia ini. ibadah haji atau umrah, pemotongan kambing bertujuan
Ketika kita mengenakan orang tersebut akan memiliki untuk membantu kebutuhan
pakaian ihram, kita lepaskan pandangan baru terhadap dunia, dasar orang-orang di lingkungan
semua asesoris dunia. Jabatan keluarganya, hartanya, dan sekitar. Dan simbol pemotongan
yang tinggi, harta kekayaan yang segala perbuatannya. Kemudian kambing itu, mungkin saat
melimpah, serta kebanggaan ia akan memandang semua ini ini bisa diwujudkan dengan
yang kita miliki tak akan ada hanya fasilitas yang bersifat pemotongan depositonya,
artinya dihadapan Allah swt., instrumental menjadikan dirinya kekayaannya untuk fakir miskin.
kecuali amal saleh kita. Segala semakin dekat dan bertakwa Dari sekian banyak hikmah
sesuatu yang tidak melekat pada kepada Allah swt. ibadah haji itu adalah
diri kita, maka sesuatu itu bukan Dalam melakukan ibadah kerelaan Nabi Ibrahim untuk
milik kita. Misalnya baju, baju itu umrah atau haji, seyogyanya mengorbankan anaknya Ismail,
hanya melekat sementara, maka kita bisa menjadikannya refrensi yaitu dengan menyembelihnya.
sejatinya baju itu bukan milik kita. untuk meningkatkan kualitas Tapi korban itu justru bermanfaat
Begitu juga dengan mobil, rumah, diri kita. Sebagai contoh, dalam bagi sesama manusia. Yaitu
tanah, dan sebagainya. syar’i thawaf harus dilakukan digantikannya Nabi Ismail dengan
Dengan demikian, melalui di Makkah, tapi sesungguhnya seekor kambing kibas. Jadi,
ibadah ini, kita di ajarkan untuk thawaf yang sejati itu adalah hikmah dari haji dan umrah ini,
mengerti makna sebenarnya thawaf yang di rumah, thawaf kalau kita interpresentasikan
tentang eksistensi kehidupan. Dan yang setiap hari harus kita lebih lanjut, adalah jangan sampai
kemudian di-implementasikan lakukan. Dari bangun tidur rasa cinta kita pada anak kita
dalam setiap pikiran, ucapan, sampai menjelang tidur lagi. melupakan cinta kita kepada
dan tindakan yang berlangsung Thawaf seperti ini mengadopsi Allah. Soalnya apabila rasa cinta
dalam keseharian kita. Jika hal dari makna thawaf yang kita mengalahkan semuanya, kita
ini terlaksana, maka sesuai sabda menjadikan Allah sebagai pusat bisa korupsi dan bisa melakukan
Nabi Muhammad saw. bahwa gravitasi. Jadi kita diajarkan kezaliman-kezaliman sosial
siapapun sepulang dari umrah untuk selalu mengarahkan jalan lainnya demi rasa kasih sayang
atau haji, dia bagaikan anak kecil. hidup kita berjalan pada pusat kepada anak. l
TH. 2019 EDISI 174 PARLEMENTARIA 17