Page 81 - Stabilitas Edisi 190 Tahun 2022
P. 81

“Kemenkeu perlu mempercepat                                             Untuk mempercepat transisi energi
          perumusan peraturan untuk kompensasi                                 bersih, PLN Indonesia Power sebagai
          yang diperlukan PLN,” pungkas Fabby.                                 subholding pembangkitan bersama PLN
                                                                               Nusantara Power juga akan memiliki
          Jatuh ke Swasta                                                      anak usaha bersama yang fokus pada
            Sementara Pengamat Politik                                         pembangkit panas bumi (Geothermal
          Ekonomi Indonesia (AEPI) Salamuddin                                  Co) berkapasitas 0,6 GW dan pembangkit
          Daeng mengingatkan PLN dan                                           energi baru terbarukan, seperti tenaga
          pemerintah untuk membersihkan utang                                  surya, tenaga angin dan tenaga hidro
          tak sehat di perusahaan pelat merah itu                              (New Energy Co) berkapasitas 3,8 GW.
          usai pembentukan empat subholding                                       Terkait hal itu, Pengamat Indonesian
          baru. Dia menyebutkan PLN memiliki                                   Valuation for Energy and Infrastructure
          tumpukan utang masa lalu dari sejumlah                               (INVEST), Ahmad Daryoko sempat
          proyek gagal. Salah satunya proyek 35                                mengingatkan pentingnya kajian
          ribu megawatt (MW).                                                  mendalam pembentukan subholding di
            Menurut dia, pihak yang bisa                                       tubuh BUMN. Jika melihat pengalaman
          membersihkan utang PLN adalah                                        negara­negara yang telah melakukan
          Kementerian Keuangan (Kemenkeu).                                     privatisasi BUMN­nya, seperti penjualan
          Jika pemerintah tak turun tangan, maka                               perusahaan listrik sebuah negara, maka
          sulit bagi PLN untuk lepas dari utang.                               harga listrik dapat meningkat hingga 3 kali
          Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik   Salamudin Daeng,             lipat. Hal itu karena listrik yang digunakan
          Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan   Pengamat                     tidak diberikan subsidi oleh pemerintah.
          utang PLN turun dari Rp500 triliun                                      Negara Kamerun pada 1999­2000,
          menjadi Rp407 triliun per September                                  listriknya meningkat hingga 10­15 kali
          2022.                                                                lipat pada saat beban tinggi (pick load).
            Selain itu, Salamuddin juga                                        Pickoad tersebut umumnya terjadi pada
          mengingatkan bahwa portofolio aset                                   pukul 17.00 hingga 22.00 waktu setempat
          PLN jangan sampai jatuh ke tangan   Portofolio aset                  karena mayoritas masyrakat beraktifitas
          swasta usai pembentukan empat     PLN (Perusahaan Listrik            menggunakan barang elektronik di
          subholding. “Dipastikan pembangkit                                   rumah. “Itu yang terjadi listriknya di
          harus dikontrol penuh, jangan sampai   Negara) jangan sampai         tender. Nah di tender kemudian, yang
          lepas ke swasta,” imbuh Salamuddin.                                  namanya tender, akhirnya melonjak
            Soal wanti­wanti privatiasi ini   jatuh ke tangan swasta           antara 10­15 kali lipat,” tutur Daryoko.
          sebelumnya juga diserukan oleh Serikat   usai pembentukan empat         Lebih lanjut Daryoko mengatakan
          Pekerja (SP) di sektor ketenagalistrikan                             bahwa PLN merilis sebuah laporan
          yang meliputi SP PT PLN (Persero),   subholding. Dipastikan          yang menyebutkan bahwa perusahaan
          Persatuan Pegawai PT Indonesia Power   pembangkit harus dikontrol    tersebut berhasil menjual 230 tetra watt
          (PP IP), dan PT Pembangkitan Jawa Bali                               hour. Merujuk statement Lois Coral pada
          (SP PJB) menolak program holdingisasi   penuh, jangan sampai         sidang MK 2010 bahwa biaya kelistrikan
          dan rencana Kementerian BUMN yang                                    di Filipina pada tahun itu sekitar Rp3 ribu
          akan melakukan privatisasi terhadap   lepas ke swasta.               per KWH. “Kita refer saja, Rp3000 per
          usaha­usaha ketenagalistrikan yang                                   KWH. Kalau 230 kalo 3 berarti kan Rp690
          saat ini masih dimiliki PLN dan anak                                 triliun. Mestinya sudah seperti itu biaya
          usahanya.                                                            produksinya,” kata dia.
            Namun kekhawatiran itu dijawab                                        Kemudian, lanjut dia, laporan
          oleh Direktur Utama PLN, Darmawan                                    keuangan PLN tersebut menunjukkan
          Prasodjo bahwa, restrukturisasi ini                                  bahwa biaya yang dikeluarkan masyarakat
          merupakan langkah strategis guna                                     hanya Rp300 triliun. “Selebihnya subsidi.
          bisa beradaptasi dengan perubahan ke                                 Kalau PLN dan pemerintah ini mau jujur,
          depan. Terlebih, imbuhnya, perusahaan                                sebeneranya subsidinya Rp690 dikurang
          memiliki target pengoperasian                                        Rp300, berapa? Sudah Rp300 triliun
          pembangkit hingga 22,9 GW pada 2025.                                 lebih,” ujar Daryoko.*


                                                                             www.stabilitas.id   Edisi 190 / 2022 / Th.XVIII  81
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86