Page 45 - Stabilitas Edisi 184 Tahun 2022
P. 45
Amartha Hadi Wenas menegaskan yang menjangkau masyarakat hingga
selama ini pihaknya memang sering ke pelosok.
berkolaborasi dengan BPR. Hal itu Mengutip berbagai riset, OJK
lantaran kolaborasi yang terjadi saling mengatakan bahwa kolaborasi BPR
menguntungkan. dan fintech akan menghasilkan
Sebelumnya ada BPR Syariah Harta hubungan saling melengkapi, alih-alih
Insan Karimah (HIK) Cibitung tyang elah menjadikan mereka dua institusi yang
menyepakati kerja sama dengan fintech bersaing.
lending, Fintek Alami. Adapun kerja Momentum berharga seperti
sama tersebut terkait pembiayaan syariah itu tentu tidak ingin dilewatkan
dengan mekanisme channeling. OJK. Tidak heran jika tahun lalu
Awal tahun lalu, fintech Akulaku otoritas melansir sebuah peta jalan
menggaet BPR Supra Artapersada, BPR pengembangan BPR. Road Map
Naribi Perkasa, BPR Ciledug Dhana yang selanjutnya disebut RBPR-S,
Semesta, dan BPR Rama Ganda. Lalu merupakan turunan dari dari Road
Modal Rakyat berkolaborasi dengan BPR Map Perbankan dan Perbankan
Masyarakat Mandiri (Bank MM). Syariah 2020-2025 yang dilansir OJK
Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira pada awal 2021.
menilai, kerja sama fintech dengan RBPR-S berisi arah dan acuan
e-commerce sangat penting untuk pengembangan jangka pendek
mendorong penyaluran pinjaman. maupun pengembangan struktural
Ini karena segmen retail atau kredit secara bertahap dalam rentang waktu
dengan plafon rendah akan menjadi lima tahun. Arah pengembangan Bhima Yudhistira
medan persaingan antara fintech dan jangka pendek ditujukan untuk
bank digital. “Jika fintech lebih agresif mengoptimalkan peran BPR dan
menggaet platform e-commerce, pangsa BPRS dalam mempercepat proses
pasarnya sulit ditembus oleh bank pemulihan ekonomi akibat dampak Jika fintech lebih
digital. Kecuali perang promosi seperti pandemi Covid–19 di daerah atau agresif menggaet
penawaran bunga atau denda yang wilayahnya. Arah pengembangan platform e-commerce,
rendah,” kata Bhima. struktural ditujukan untuk
Meski demikian, kerja sama dengan memperkuat industri BPR dan BPRS pangsa pasarnya
BPR ini tantangannya akan lebih berat. agar memiliki daya tahan (resiliensi) sulit ditembus oleh
Bhima mencatat, porsi penyaluran yang lebih kuat, daya saing yang
pinjaman BPR lewat fintech masih sangat lebih tinggi, dan kontribusi yang lebih bank digital. kecuali
kecil. “Ini karena pengurus BPR masih optimal dalam memberikan akses perang promosi
wait and see dan selektif memilih mitra, keuangan bagi masyarakat dan UMK
terkait risiko maupun kekhawatiran data di daerah atau wilayahnya. seperti penawaran
nasabah bocor ke pihak ketiga,” ujarnya. Hingga September tahun lalu, bunga atau denda
Tetapi dia melihat bahwa BPR berpotensi industri BPR masih mencatatkan
besar menggaet fintech lending ke depan kinerja positif. Tercatat, penyaluran yang rendah.
yang didorong oleh persaingan yang pembiayaan BPR/BPRS tumbuh 4,33
semakin ketat. persen mencapai Rp126,12 triliun.
Melihat kecenderungan BPR Sedangkan, dari sisi penghimpunan
berkolaborasi dengan fintech ini, OJK Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 11,27
cukup senang. Pasalnya hal itu akan persen menjadi Rp123,76 triliun. Dari
membuat beberapa masalah BPR sisi aset, tercatat tumbuh 8,9 persen
teratasi dan fintech juga mendapat menjadi Rp178,39 triliun. Hal ini
keuntungan. Menurut Heru Kristiyana, juga turut diimbangi oleh risiko kredit
Komisioner OJK, bank-bank tersebut bisa yang masih terjaga dengan rasio kredit
memanfaatkan teknologi dari fintech bermasalah (NPL) gross sebesar 7,53
untuk meningkatkan kinerja, sedangkan persen pada September. Sedangkan,
fintech bisa memanfaatkan jaringan BPR NPL net tercatat sebesar 5,02 persen.
www.stabilitas.id Edisi No.184 / Tahun 2022 45

