Page 180 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 180
Masalah Agraria di Indonesia
8. Di Batang terdapat tanah hak milik perseorangan yang
turun-temurun dan tanah komunal dengan bagian yang
tetap. Dahulu di situ terdapat tanah komunal dengan pem-
bagian berkala (periodieke verdeeling).
9. Di Subah, kira-kira tahun 1906 tanah komunal dengan ba-
gian berganti (kongsen giliran) dijadikan bagian tetap.
10.Di Gringsing, sebagian besar sawah dengan hak perseo-
rangan atau dengan “agraris eigendom”. Di sini tanah te-
galan dengan hak perseorangan.
11.Di Tegal, tanah desa untuk pekulen tadinya agak luas, lalu
dikurangi ¼ bau untuk dijadikan tanah pekarangan, namun
sisanya masih lumayan untuk tanah pertanian. Kemudian
banyak tanah sawah yang dijadikan pekarangan. Di sini
terdapat tanah komunal dengan bagian tetap, namun pada
praktiknya seperti hak milik yasan. Namanya saja tanah
komunal, tetapi nyatanya si pemilik berhak penuh untuk
memperlakukan tanahnya sebagai milik perseorangan. Se-
mua tanah pekarangan adalah hak perseorangan.
12.Di Pemalang pada permulaan abad ke-20, banyak tanah
sawah komunal dijadikan pekarangan. Hal ini dilakukan
dengan maksud agar tanah itu menjadi hak milik perseo-
rangan dengan menjadikannya tanah pekarangan. Di
Pemalang ini selain terdapat tanah komunal juga terdapat
tanah milik yasan.
13.Di Semarang terdapat tanah komunal dengan pembagian
berkala.
14.Tanah komunal dengan pembagian berkala tidak ditemu-
kan di Salatiga.
15.Di Grobogan, terdapat tanah komunal dengan bagian tetap
dan hak milik perseorangan. Di daerah ini terdapat tanah
159