Page 9 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 9
Namun, penerapan integrasi itu tidak mudah karena ekosistem
bukan ruang hampa. Ekosistem tidak hanya berisi materi, tetapi
juga sistem sosial dan budaya yang harus dipertimbangkan karena
keduanya turut menentukan: apakah upaya integrasi tersebut akan
berakhir tuntas atau kandas?
Buku ini tidak lagi memosisikan dirinya sebagai panduan lapangan
bagi FS maupun kaidah-kaidah dalam mengambil keputusan terkait
implementasi lapangan Penataan Akses, hal itu dianggap tuntas pada
buku seri ke-1. Buku ini meneruskan buku seri ke-2 dengan persoalan
yang lebih beragam dan rumit. Setidaknya, praktik di lapangan
diupayakan cukup matang meskipun substansi dalam regulasi ibarat
‘masih jauh panggang dari api’.
Kami, para penulis, setelah purna tugas, akan kembali sebagai
masyarakat, namun ingatan kolektif atas proses dan hasil kerja kami
terus membayangi sebab kami nyaris tak berjarak dengan hidup
keseharian masyarakat dampingan. Buku ini merupakan sebuah
pertanggungjawaban moral kepada para pemegang kedaulatan
Republik Indonesia, satu dari banyak cara untuk terus mengupayakan
perbaikan secara signifikan.
Terimakasih kepada masyarakat, khususnya para Subjek Reforma
Agraria, karena persoalan mereka telah menjelma pengetahuan
dan tindakan berkesadaran. Kantor Wilayah BPN Propinsi DIY
dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul yang telah memberi
kesempatan pada kami untuk mendedikasikan pikiran, tenaga, dan
waktu bagi masyarakat melalui Reforma Agraria. Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional yang berkenan menerbitkan catatan kecil ini,
sehingga gagasan-gagasan yang lahir dari praktik Penatan Akses ini
memperoleh kesempatan untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
Yogyakarta, 14 Januari 2024
Para Penulis
viii REFORMA AGRARIA EKOLOGIS:
Praktik Penataan Akses Ramah Lingkungan di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul