Page 74 - Kolase Agraria
P. 74
Identifikasi Kapasitas Sosial Budaya Masyarakat Adat: 59
Menelusuri Aset Komunitas
tersebut dimiliki oleh berbagai individu, tentunya lokasi peternakan
berada dekat dengan sungai agar mudah membersihkan kerbau
setelah aktivitas membajak lahan sawah. Selain di lokasi tersebut,
terdapat peternakan kerbau di berbagai tempat lainnya tetapi
bersifat membuat kandang yang masih satu tempat dengan tempat
tinggal, sehingga tidak masuk dalam klasifikasi penggunaan tanah
peternakan. Tanah terbuka juga masuk dalam penggunaan tanah
yang secara eksisting digunakan untuk lapangan dan tanah kosong
yang berdekatan dengan sungai, sehingga dapat dikatakan tanah
tersebut terkadang sering menjadi perairan karena air sungai yang
meluap.
Pertanian yang homogen yaitu persawahan memang sudah
menjadi budaya pertanian secara turun temurun bahwa masyarakat
bisa bertahan dalam kondisi apapun jika memiliki stok padi yang
mencukupi untuk kebutuhan hidup. Selain itu, berbagai perayaan
yang dilaksanakan pada Kampung Adat Urug juga identik dengan
membawa makanan yang berbahan olahan dari beras. Permukiman
juga menjadi aspek penting bagi masyarakat untuk memiliki tempat
tinggal yang layak.
Hal unik ditemui bahwa 90% masyarakat Kampung Adat
Urug merupakan satu keluarga turun temurun dari zaman dahulu
dan hanya 10% masyarakat pendatang dari kampung ataupun
desa tetangga. Pondasi kekeluargaan menjadi jawaban adat
istiadat Kampung Adat Urug masih bertahan hingga saat ini.
Wilayah Kampung Adat Urug tidak seluruhnya dimanfaatkan oleh
masyarakat, terdapat kepercayaan oleh tetua adat dan dipatuhi
oleh masyarakat bahwa hutan atau disebut gunung terlarang tidak
boleh digunakan/dimanfaatkan/diambil oleh masyarakat setempat
maupun masyarakat luar. Alasan kenapa hal ini bisa terjadi, tetua
adat tidak memiliki jawaban pasti secara logis, karena jawaban dari
tetua adat sebelumnya ini tanah terlarang yang harus dijaga dan bagi
siapapun yang merusak akan mendapatkan musibah.