Page 110 - ESSAI AGRARIA 22.indd
P. 110
tekanan biotik dan abiotik, seperti serangan hama, kekeringan,
banjir dan angin kencang (Pinstrup & Andersen, 2017). Namun,
konsep ini tidak memungkinkan di terapkan di negara Indonesia,
melihat bertani menggunakan konsep ini memerlukan banyak
biaya karena seluruh sistemnya menggunakan teknologi tinggi,
software, dan hardware. Parameter suhu, kelembapan, dan cahaya,
juga harus dilakukan dengan kontrol tingkat tinggi (Jabusch, 2017).
Berdasarkan kedua permasalahan tentang ketahanan
pangan yang diakibatkan karena kondisi lahan yang terbatas dan
penyebaran covid-19 mengakibatkan masyarakat di Indonesia
untuk melakukan physical distancing. Oleh karena itu, peneliti
tertarik mengkaji konsep bertani di rumah yaitu home farming
yang menggunakan lahan minimalis menjadi lahan produktif
dan memanfaatkan barang bekas sebagai media tanamnya guna
menjaga ketahanan pangan dan mendukung pertanian yang
berkelanjutan. Untuk selanjutnya pertanyaan yang kemudian
muncul yaitu: (1) Bagaimanakah pengaruh parameter intensitas
cahaya, intensitas penyiraman, dan pemberian pupuk terhadap
hasil panen dengan metode home farming? (2) Bagaimanakah
jenis produk pangan yang paling cocok menggunakan metode
home farming sesuai dengan parameter yang ditentukan? 3)
Bagaimanakah analisis SWOT dari metode home farming sebagai
alternatif metode bercocok tanam untuk menjaga ketahanan
pangan dalam lingkungan keluarga?
Bahan untuk penulisan ini diperoleh melalui penelitian
eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga
faktor dan tiga taraf pada setiap faktor. Setiap sampel dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali sehingga total sampel pada penelitian ini
adalah 81 buah. Subjek penelitian ini adalah jenis-jenis tanaman
yang dibudidayakan, yakni sayur sawi hijau varietas tosakan,
bayam hijau varietas maestro, kangkung darat varietas bangkok
Sinergi Percepatan Pembangunan 99
IKN Nusantara Beserta Wilayah Penyangga