Page 89 - ESSAI AGRARIA 22.indd
P. 89
sendiri pada beberapa literatur seringkali disandingkan dengan
konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-
making, joined-up government, concerned decision making dan
policy coordination/cross government. Penerapan WoG tersebut
memiliki beberapa pendekatan menurut Ramadhan (2019), antara
lain: (a) Penguatan koordinasi antarlembaga; (b) Pembentukan
lembaga koordinasi khusus; dan (c) Pembentukan gugus tugas.
Di masa kini, penekanan pada kolaborasi saja dinilai kurang
maksimal dimana harus dibarengi dengan pemanfaatan teknologi
dan informasi terutama Internet of Things (IoT). Teknologi dan
informasi dengan format digital dapat memberikan kemudahan
bagi pengguna tanpa terkecuali pada bidang pertanahan, salah
satu contohnya adalah teknologi pemetaan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Penulis mengajukan gagasan inovatif ini berupa
aplikasi dikarenakan menurut Bahtiar (2022), aplikasi lebih unggul
dibandingkan website dimana aplikasi mampu mengintegrasikan
fitur di dalam smartphone baik kamera, GPS (Global Positioning
System), maupun lainnya. Oleh karena itu, penulis mengajukan
gagasan aplikasi inovatif bernama JATAMU (Jaga Tanahmu).
Aplikasi JATAMU – Jaga Tanahmu
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penulis
mengajukan inovatif kreatif berupa aplikasi yang bernama
JATAMU (Jaga Tanahmu). Penamaan tersebut dimaksudkan
supaya setiap orang mampu memahami kepemilikan suatu wilayah
(tanah) dan meminimalisir bahkan mencegah terjadi problematika
agraria di kemudian hari untuk masa depan bangsa Indonesia yang
lebih baik. Secara struktural, Konsorsium Pembaruan Agraria
(KPA) mendefinisikan konflik agraria merupakan perwujudan
suatu pernyataan mengenai perampasan tanah seseorang atau
masyarakat oleh badan usaha negara atau swasta yang didukung
78 Akselerasi Peningkatan Kualitas Pelayanan Pertanahan dan Tata Ruang
Menuju Sebesar-Besarnya Kemakmuran Rakyat