Page 11 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 11

2      Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan
                    yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
                 Hal ini dapat dimaknai bahwa tujuan pendaftaran (pembukuan/
             pencatatan) tanah ulayat dimaksud bukan untuk tujuan kepastian
             hukum, karena tidak sampai pada penerbitan alat bukti kepemilikan
             (sertipikat)  yang  kuat,  tetapi  ditujukan  untuk  tertib administrasi
             dan tersedianya  data  informasi  sebagaimana tujuan  pendaftaran
             tanah dalam Pasal 3 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
             1997. Dilaksanakannya pendaftaran atas tanah ulayat hanya untuk
             tujuan tertib administrasi dan tersedianya data informasi saja, yang
             berarti juga tidak dengan tujuan kepastian hukum dan perlindungan
             hukum, maknanya hanya  untuk memberikan kepastian  yang
             menyangkut obyek bidang tanahnya  saja, serta tidak memberikan
             kepastian perihal apa status tanahnya dan siapa subyek haknya.

                 Terhadap kebijakan nasional pendaftaran tanah ulayat tersebut
             di atas, ternyata dalam operasional di lapangan terdapat perbedaan
             perlakuan pengakuan  terhadap  tanah ulayat  yang  dikuasai
             oleh masyarakat hukum  adat.  Pertama,  terhadap  pelaksanaan
             pensertipikatan  tanah  di  Provinsi  Kalimantan Tengah semuanya
             dilakukan  melalui  proses  pemberian hak  menjadi hak  milik,  hak
             guna  usaha, hak  guna bangunan, hak  pakai,  dan  sebagainya.
             Menurut ketentuan dalam Pasal 22 ayat (2) huruf a UUPA dan Pasal
             23 PP Nomor 24 Tahun 1997, penetapan pemberian hak dilakukan
             terhadap bidang-bidang  tanah  yang  belum  ada haknya (sering
             disebut dengan tanah negara). Dengan demikian, dapat diasumsikan
             bahwa semua  tanah  di  Kalimantan Tengah  dianggap sebagai
             tanah  negara,  sehingga proses pendaftarannya  dilakukan  melalui
             penetapan pemberian hak. Di sisi lain pada kenyataannya (secara de
             facto) tanah ulayat itu masih ada, sesuai dengan Penjelasan Umum
             Romawi II angka (3) UUPA, sebagai bentuk pengakuan hak ulayat
             masyarakat adat dilakukan dengan cara “recognitie”, kepada pegang
             hak ulayat itu.



               dan hak pakai; b. tanah hak pengelolaan; c. tanah wakaf; d. hak milik atas satuan rumah susun; e.
               hak tanggungan; f. tanah Negara. (2) Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah
               sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan
               bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah. Pendaftaran tanah yang obyeknya
               bidang tanah yang berstatus tanah Negara dilakukan dengan mencatatnya dalam daftar tanah dan
               tidak ditertibkan sertipikat.
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16