Page 69 - PELAYANAN TATA RUANG DAN PERTANAHAN DALAM MEMBANGKITKAN IKLEM PEREKONOMIAN
P. 69
lanjut, agar pelestarian lingkungan atas inovasi ini bisa berjalan
dengan holistik maka diperlukan keselarasan baik dari hulu
hingga hilirnya. Terdapat syarat yang harus dipenuhi, yakni
tenaga listrik sebagai daya utama kendaraan listrik harus berasal
dari energi terbarukan dan tidak bergantung pada pembangkit
listrik batu bara sehingga tidak menghasilkan polusi udara. Juga,
perlu diperhatikan pengolahan limbah baterai yang digunakan
yakni diolah atau didaur ulang dengan metode biometalurgi dan
hidrometalurgi. Hal ini sejalan dengan Pasal 2 UU Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mana dalam penataan
ruang diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan, keserasian,
keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan, kedayagunaan dan
keberhasilgunaan, keterbukaan, dan perlindungan kepentingan
umum. Selain itu, tercantum pada Pasal 3 UU a quo yakni dapat
bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia, serta terwujudnya
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Hal tersebut dapat
berkontribusi terhadap target Indonesia menuju beberapa poin
pencapaian dalam Sustainable Development Goals atau SDGs pada
tahun 2030 (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
n.d.). Lebih lanjut, mencakup poin energi bersih dan terjangkau,
industri, inovasi, dan infrastruktur, kota dan pemukiman yang
berkelanjutan, serta penanganan perubahan iklim. Generasi
muda pun dapat menuangkan idenya terhadap pengembangan
kendaraan listrik di Indonesia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Salah satu contohnya adalah motor listrik karya anak
bangsa, Gesits, yang mana merupakan hasil penelitian Institut
50 Pelayanan Tata Ruang dan Pertanahan
Dalam Membangkitkan Iklim Perekonomian