Page 9 - Nanos Gigantum Humeris Insidentes: Sebelum Meneliti Susunlah Bibliografi Beranotasi dan Kajian Pustaka
P. 9
menemukan sudut pandang alternatif, syukur-syukur dapat
menemukan “kelemahan” dan memperkaya temuan penelitian
terdahulu dengan menampilkan dimensi-dimensi baru.
Dengan begitu, penelitian kita berpotensi menyuguhkan
suatu ‘kebaruan’ (novelty). Menurut saya, buku ini berhasil
memandu kita ke arah sana: bagaimana sedapat mungkin
menjadi peneliti sosial yang dapat menyuguhkan kebaruan,
bukan pengulangan-pengulangan semata, melalui satu syarat
wajib: melakukan bibliografi beranotasi dan kajian pustaka!
Secara substansi dan praktis, buku ini sangat membantu
mahasiswa S1, S2, S3 berbagai disiplin ilmu serta masyarakat
secara umum menjadi peneliti yang berkualitas.” (Dr. Dimpos
Manalu, Univeritas HKBP Nommensen, Medan; Sekretaris
Badan Pengurus Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa
Masyarakat (KSPPM), Parapat, Sumatera Utara).
“Charles Sanders Peirce, seorang filsuf, ahli logika dan ilmuan
pendiri mazhab pragmatisme pernah menyatakan bahwa
“ada satu hal yang tetap lebih penting bagi perkembangan
ilmu pengetahuan melebihi metode-metode cemerlang, yakni
kemauan keras untuk menemukan kebenaran, apa pun itu”.
Sepakat dengan pandangan tersebut, maka buku karya bersama
dari Bpk Noer Fauzi Rachman dan Bpk Ahmad Nashih Luthfi
ini menjadi sangat relevan, sebab salah satu upaya untuk
menemukan kebenaran atas suatu objek kajian tertentu adalah
dengan menelusuri karya atau temuan dari peneliti atau penulis
sebelumnya yang berkaitan dengan objek kajian tersebut,
sehingga sang peneliti atau penulis dapat mengklaim sebagai
suatu karya yang memenuhi spesifikasi kebenaran ilmiah
viii