Page 99 - Nanos Gigantum Humeris Insidentes: Sebelum Meneliti Susunlah Bibliografi Beranotasi dan Kajian Pustaka
P. 99

dalam” karena untuk penulisannya Sutherland lebih banyak
                mengandalkan sumber-sumber kolonial. Untuk mengimbangi
                dan melengkapi pandangannya bisa dipergunakan sumber-

                sumber lokal yang dari segi teknis lebih mungkin dikuasai oleh
                sejarawan pribumi.
                     Karya berikutnya yang mengupas kehidupan kaum
                priyayi jawa adalah Perkembangan Peradaban Priyayi yang ditulis
                oleh Sartono Kartodirdjo et al., pada tahun 1987. Karya ini

                mengungkapkan kehidupan  priyayi  Jawa. Meskipun diakui
                oleh para penulisnya bahwa karya ini ditulis dengan gaya agak
                popular, kerangka pemikiran tentang gaya hidup  priyayi dan
                peradaban priyayi pada umumnya dapat dipakai sebagai acuan
                dalam penulisan kehidupan kaum menak karena begitu banyak
                persamaan aspek-aspek kehidupan  priyayi  Jawa dan  menak
                Sunda. Perbedaan yang jelas antara  priyayi  Jawa dan  priyayi
                Sunda, dapat ditemukan antara lain dalam soal pemakaian
                gelar. Dalam tradisi Jawa, gelar kepriyayian ngambil pola gelar

                kebangsawanan kerajaan, bangsawan tinggi, yaitu keturunan
                raja hingga derajat keempat, memiliki gelar raden mas, sedangkan
                bangsawan yang lebih rendah hanya memakai gelar raden.
                Dalam tradisi sunda, menak luhur dan menak handap memakai
                gelar yang sama yaitu raden. Karya ini dapat dikatakan menutupi
                kekurangan-kekurangan Palmier dan Sutherland, terutama
                dalam soal pemakaian sumber-sumber pribumi, baik berupa

                karya sejarah dan karya sastra, maupun karya sastra-sejarah.
                     Karya  berikutnya  yang  banyak  menampilkan  data
                biografis kaum menak, yaitu Priangan; de Preanger Regentschappen
                Onder  Het  Nederlansch-Bestuur  tot  1811  yang  ditulis  oleh
                Fredrick  de  Haan  (1910-1912) dalam empat    jilid dengan
                ketebalan sekitar  4.000 halaman. Sebagai aspirasi, De Haan

                berhasil mengkomplikasikan arsip-arsip Priangan. Hal yang
                penting dari karya ini adalah


                                           64
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104