Page 487 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 487

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

            dinamika politik yang berkembang. Oleh karena itu ke depan
            mau tidak mau kita harus melakukan penataan sistem hukum
            dan politik pertanahan ini. Dan ini komitmen Bapak
            Presiden sudah cukup besar, sudah jelas kita menata kembali
            politik dan hukum pertanahan ini dengan acuan yang jelas,
            yaitu pembukaan Undang-undang dasar 1945. Nilai
            tertinggi yang dituju adalah mewujudkan keadilan sosial bagi
            seluruh rakyat Indonesia dengan acuan Pasal 33 ayat 3, TAP
            MPR No. IX Tahun 2001 dan peraturan pelaksana yang
            lain sebagai acuan nilai. Dan itu sebagai langkah pertama
            yang harus kita laksanakan secara sistematis. Dan tentu ini
            adalah gerak bersama, gerak seluruh komponen bangsa.
            Tidak bisa pemerintah daerah saja, tidak bisa pemerintah
            pusat saja, apalagi hanya BPN saja. Ini adalah gerak bersama
            bangsa.
                Oleh karena itu, empat acuan ini, sebagaimana Bapak
            Ibu ketahui, sudah menghabiskan waktu, pikiran untuk
            memastikan bahwa program ini adalah program bersama,
            programnya seluruh rakyat Indonesia. Dan saya tidak tahu
            bagaimana komunikasi, bagaimana reformasi agraria di
            gedung yang demikian mewah. Tetapi saya juga mengajak
            teman-teman saya petani Lampung. Paling tidak, bisa bersa-
            ma-sama saya dan Bapak Fauzi Wibowo berada dalam ru-
            angan yang demikian bagus.
                Tadi langkah pertama adalah penataan sistem politik
            dan hukum. Langkah yang kedua adalah menyelenggarakan
            reforma agraria itu sendiri. Presiden telah memanggil Mente-
            ri Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala BPN RI untuk
            memastikan reforma agraria dijalankan secara baik dan
            Presiden memerintahkan mengalokasikan 8,15 juta hektar

            440
   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491   492