Page 27 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 27
دجسلما مكدحأ ءاج اذإ لاق ملسو هيلع الله ىلص الله بينلا نا – هنع الله يضر - يردنخا ديعس بيأ نع
َ
» امهيف ِ لصيلو ، هحسميلف ، ىذأ وأ ، ارذق هيلعن في ىأر نإف ، رظنيلف ،
ْ ْ
َ ُ
Dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika salah seorang di
antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan
melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan
tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.” (HR. Abu Dawud)
Namun, para ulama berbeda pendapat apakah suci dari najis termasuk syarat sah
salat atau tidak? Mazhab al-Syafi’iyyah berpendapat bahwa ia adalah syarat sah salat
dan ini juga pendapat Abu Hanifah dan Ahmad sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam al-Nawawi. Mereka berdalil dengan ayat dan hadis yang telah kita sebutkan tadi
serta berdasarkan hadis:
يلص ثم مدلا كنع يلسغاف تربدأ اذإو ةلاصلا يعدف كتضيح تلبقأ اذإف
Apabila haid telah pergi, maka cucilah darah darimu dan salatlah. (HR Bukhari
dan Muslim).
Barangsiapa telah salat dan dia tidak tahu kalau dia terkena najis, maka salatnya
sah dan tidak wajib mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika salat, maka jika
memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal atau pakaian yang lebih
dari untuk menutup aurat-, maka dia harus melepaskannya dan menyempurnakan
salatnya. Jika tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan salatnya dan
tidak wajib mengulang. Berdasarkan hadis Abu Sa’id:
Nabi saw. pernah salat lalu melepaskan kedua sandalnya. Maka orang-orang pun
turut melepas sandal-sandal mereka. Ketika selesai, beliau membalikkan badan
dan berkata, “Kenapa kalian melepas sandal kalian?” Mereka menjawab, “Kami
melihat Anda melepasnya, maka kami pun melepasnya.” Beliau berkata,
“Sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan mengatakan bahwa pada kedua
sandalku terdapat najis. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid,
maka hendaklah membalik sandalnya dan melihatnya. Jika dia melihat najis,
hendaklah ia gosokkan ke tanah. Kemudian hendaklah ia salat dengannya.
3) Menutup aurat
Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedangkan aurat perempuan
adala seluruh anggota badan, kecuali kedua telapak tangan dan wajah berdasarkan
firman Allah:
ٍ ِ
ِ
ِ
ََ ْ
ُ َ
ُ ََ
َ َ
ْ
دجسم ِ لك دنع مُ كت نيز اوُ ذخ مدآ ِ نيب يَ
ْ َ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid.
(QS al-A’raf/7: 31).
Yang dimaksud dengan perhiasan dalam ayat ini adalah pakaian yang menutup
aurat di setiap akan salat, yakni, tutupilah aurat kalian karena mereka dulu tawaf di
Baitullah dengan telanjang. Hadis Nabi saw.
ِ
ِ
ِِ
ِ
ٍ
» رامبِ َّ لاإ ٍ ضئاح ةلاص َّ للَّا لبق ي لا « َ لاق هَّأ - نَ ملسو هيلع الله ىلص - ِِ بَّنلا ِ نع ةشئاع نع
ََ
ْ َ
َ
َ ََ َ ْ َ
ُ
َ ُ ُ َ َ
َ
َ
Dari Aisyah r.a. Rasulallah saw. bersabda, “Tidak sah salat seorang wanita yang
sudah mendapat haid (balig), kecuali dengan memakai khimar.” (HR. Abu
Dawud, al-Tirmidzi).
5