Page 31 - MODUL TAHARAH DAN SALAT
P. 31
) بنج ىلعف عطتست لم نإف ادعاقف عطتست لم نإف امئاق لص (
Salatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan
duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.
(HR. Bukhari).
c. Takbiratul ihram
Yakni membaca “Allahu Akbar” berdasarkan hadis Ali:
ِ
ِ
ِ
ِ
اهيمِ ر َ تَو روهُْ طلا ةلاَّ صلا حاتفم « - ملسو هيلع الله ىلص - َّ للَّا ُ لوسر َ لاق َ لاق هنع الله ىضر ٍ ىلع نع
َْ
َ َ
َ
َُ ْ
َ ْ َ
َ ُ ُ
ُ َ
ُ
ِ
ِ
ِ
َ ْ
ُ ْ
َ ُ
.» ميلسَّ تلا اهُ ليل َ تَو يْبْ كَّ تلا
Dari Ali r.a. berkata baha Nabi saw. bersabda, "Kunci salat ialah bersuci,
pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam.” (HR.
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmuzi).
Yang dimaksud dengan rukun salat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”.
Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun semakna.
d. Membaca Surat al-Fatihah
Dari Ubadah bin Shamit r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:
ةتَافب أ رقي نلم لم ةلاص لا ( : لاق ملس و هيلع الله ىلص الله لوسرلا نأ تماصلا نب ةدابع نع
) باتكلا
Dari Ubadah bin Samit bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada salat
seseorang yang tidak membaca Surah Al-Fatihah. (HR. Bukhari).
e. Ruku dan thuma’ninah
Ruku dan thuma’ninah artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama
datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut. Dari Abu Mas'ud
Badari. Nabi saw. bersabda:
اعكار نئمطت تَّح عكرا ثم . . . ةلاصلا لىإ تمق اذإ
Rasul saw. bersabda: Jika kamu melaksanakan salat . . . kemudian ruku’lah
hingga tuma’ninah ketika ruku’ itu. (HR. Bukhari).
Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan berada
di lutut. Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di mana
setiap persendian juga ikut tenang. Ada pula ulama yang mengatakan bahwa
thuma’ninah adalah sekadar membaca zikir yang wajib dalam ruku.
f. I'tidal dengan thuma'ninah
Artinya bangkit dari ruku dan kembali tegak lurus, thuma'ninah. Nabi saw.
mengatakan pada orang yang jelek salatnya:
. . . امئاق لدتعت تَّح عفرا ثم . . .
Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah. (HR. al-Bukhari)
9