Page 15 - cover buku-merged_Neat
P. 15

D.      Bilangan Oktan Bensin

                    Bensin  akhir-akhir  ini  menjadi  perhatian  utama  karena  pemakaiannya  untuk  bahan  bakar
            kendaraan  bermotor sering  menimbulkan  masalah.  Kualitas bensin  ditentukan oleh  bilangan oktan,

            yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah isooktan dalam bensin.
                    Campuran hidrokarbon yang digunakan sebagai standar untuk membandingkan kualitas bensin

            adalah N-HEPTANA dan ISOOKTANA (2,2,4-trimetil-pentana).
                   Contoh:

                   Suatu bensin premium diketahui memiliki bilangan oktan sebesar 80. Komposisi hidrokarbon

                   standar yang dimilikinya adalah

                                       20% n-heptana dan 80% isooktana

                           Semakin tinggi bilangan oktan, semakin baik kualitas bensin tersebut. Penambahan zat

                    aditif ke dalam bensin bertujuan untuk mengurangi ketukan dan meningkatkan bilangan oktan. Zat
                    aditif yang ditambahkan ke dalam bensin biasanya adalah TEL (Tetra Etyl Lead atau tetra etil

                    timbal),  rumus  molekulnya  adalah  [(CH3CH2)4Pb],  dengan  struktur  molekul  adalah  sebagai
                    berikut:








                                                       Tetra etil timbal—TEL

                          Penggunaan TEL dalam bensin akan segera dihentikan karena menimbulkan pencemaran

                    udara  yang  sangat  parah,  terutama  karena  pembuangan  logam  berat  timbal  (Pb)  yang  dapat
                    merusak  sistem  peredaran  darah.  Untuk  menanggulanginya  saat  ini  telah  dikembangkan

                    penggunaan MTBE (metil tersier butil eter), metanol, dan etanol.


            E.      Bahaya Pembakaran Bahan Bakar
                    Penggunaan bensin sebagai bahan bakar menimbulkan dampak berupa pencemaran udara. Hal ini

            disebabkan oleh pembakaran tidak sempurna yang akan membentuk gas CO (karbon monoksida). Gas

            CO yang dibebaskan dari pembakaran jika terhirup dapat menimbulkan lelah dan pusing, bahkan pingsan.
            Hal ini berkaitan dengan reaktivitas sel dara merah terhadap gas CO.

                    Dalam sel darah manusia terdapat haemoglobin yang bertugas mengangkut O2 ke seluruh jaringan

            tubuh.  Apabila  gas  CO  di  udara  terhirup  oleh  sistem  pernapasan,  maka  HAEMOGLOBIN  LEBIH
            MUDAH BEREAKSI DENGAN GAS CO dibandingkan gas O2 yang seharusnya kita hirup. Akibatnya,

            jaringan tubuh akan kekurangan oksigen. Inilah yang menyebabkan pusing, lelah, dan bahkan pingsan.





                                                              14
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20