Page 70 - e book penelitia PDUPT arimbawa 4012
P. 70
alat pemotong listrik; (3) tahap perakitan dilakukan dengan menggunakan
lem atau dijalin dengan menggunakan rotan, tali ijuk atau dengan benang
nilon; dan (4) tahap finishing dilakukan dengan menggunakan minyak kelapa
pada produk kerajinan yang digunakan untuk wadah makanan atau
minuman, sedangkan untuk barang pajangangan, finishing dilakukan dengan
menggunakan politur atau semir. Sedangkan pada faktor output dari sistem
pembuatan kerajinan upcycle tempurung kelapa adalah berupa produk
kerajinan dengan berbagai variannya yang siap untuk dipasarkan, produk-
produk yang dihasilkan berupa produk suvenir atau produk untuk diekspor
ke beberapa negara, seperti ke: Jepang, Amerika, Eropa dan Australia
(Berata, 2009).
Sedangkan dalam tujuan dari sistem produksi, menurut Bozarth dan
Chapman dalam Moengin (2009) dibagi menjadi empat tipe: (1) Engineering
to Order (ETO), yaitu perusahaan sebagai produsen memproduksi produk
sesuai dengan pesanan pelanggan; (2) Assembly to Order (ATO), pada sistem
produksi ini produsen hanya membuat desain dan produk sesuai dengan
standar yang telah ditentukan dan mengikuti modul operasional standar; (3)
Make to Order (MTO). Dalam sistem produksi ini, produsen akan
memproduksi produk pesanan setelah mendapat persetujuan dari dua belah
pihak. Pihak produsen memiliki andil dalam decision making; (4) Make to
Stock (MTS). Pada sistem produksi ini produsen membuat produk sesuai
pertimbangan tertentu dan disiapkan untuk antisipasi pesanan yang butuh
waktu cepat, sehingga tidak harus menunggu pesanan dari konsumen.
Sistem produksi dilakukan pembuatan produk kerajinan upcycle
limbah tempurung kelapa kebanyakan berdasarkan Make to Order (MTO).
Produk dibuat berdasarkan pesanan dari para costumer. Pada sistem tersebut
dilakukan dengan dua kemungkinan: (1) dari pihak perajin atau pengusaha
yang menyiapkan atau menawarkan beberapa contoh desain kepada
pelanggan. (2) pihak pelanggan dapat memberi contoh desain yang akan
diwujudkan dan apabila telah disepakati, maka perajin akan meproduksinya
berdasarkan kesepakatan. Selain sistem tersebut, juga menerapkan sistem
produksi Assembly to Order (ATO), dilakukan dengan mengerjakan bagian
62