Page 15 - Ayah - Andrea Hirata
P. 15

2 ~ Andrea Hirata


          lam. Dibekapnya pensil itu, bunga-bunga ilalang beterbangan

          dalam dadanya.
              Seekor kucing berbulu hitam, tetapi telah berubah men-
          jadi abu-abu, karena suka tidur di tungku, melompat ke pang-
          kuannya. Kucing yang telah berjanji pada dirinya sendiri, un-
          tuk ikut Sabari sampai ajal menjemput, juga merana. Biduk

          rumah tangganya, persis rumah tangga Sabari, telah karam.
          Marleni, istrinya, telah minggat, direbut kucing garong dari
          pasar pagi Tanjong Pandan yang tak tahu adat.
              Bentuk rumah Sabari pun macam orang kesepian, bong-
          kok, mau tumpah, kurang percaya diri. Sebatang pohon deli-
          ma di pojok kanan pekarangan ikut-ikutan kesepian. Mereka,
          termasuk pohon delima itu, rindu kepada Marlena, Marleni,
          dan terutama, Zorro.

              Abu Meong, nama kucing tadi, meloncat dari pangku-
          an juragannya lalu  melangkah menuju dapur  dengan gaya
          seperti orang  habis melemparkan bola  boling. Penuh gaya,
          tetapi palsu. Selain patah hati, kucing dapur itu juga mende-
          rita tekanan batin, post power syndrome istilah masa kini, sejak

          tikus-tikus di rumah itu minggat. Tetangga kiri-kanan bilang,
          tikus-tikus itu tak tahan karena Sabari selalu muram, tak ceria
          seperti dulu. Buncai, tukang kredit alat-alat rumah tangga,
          malah menyebarkan gosip tak sedap. Katanya, tikus-tikus itu
          terjun ke dalam sumur, mengakhiri hidup mereka, lantaran
          tak sanggup kelaparan  sebab Sabari  begitu miskin. Ting-
          gallah Abu Meong yang baru sadar bahwa kaum tikus yang
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20