Page 20 - Ayah - Andrea Hirata
P. 20
Ayah ~ 7
Taplak bermotif Melayu tradisional dirajut khusus oleh istri
Amirza untuk alas radio itu. Di sebelah radio dipajang vas bu-
nga plastik berisi lima tangkai bunga mawar, juga dari plastik.
Melihat dekorasi itu pasti Mister Phillip sendiri akan terharu.
Setiap malam Amirza duduk di kursi rotan di samping
radio itu. Disampirkannya ujung pukat pada paku yang ter-
tancap di dinding, dinyalakannya lampu minyak, dihidupkan-
nya radio.
Setelah bercerita untuk mengantar tidur dua adik perem-
puannya, Amirta, usia lima tahun dan Amirna, usia tiga ta-
hun, dari kamar sebelah, melalui celah dinding papan, Amiru
sering mengintip ayahnya. Senang dia melihat ayahnya terse-
nyum mendengar lagu-lagu yang indah. Tak ada yang lebih
diinginkan Amiru selain melihat ayahnya tersenyum.
Acara kesenangan ayahnya adalah ceramah agama Is-
lam, sandiwara radio, lagu-lagu Semenanjung, dan tak lupa,
berita tentang Lady Diana. Entah bagaimana mulanya, pen-
duduk Kampung Nira gemar sekali kepada Lady Diana. Tak
peduli tua, muda, wanita maupun pria. Kegemaran itu tak lu-
put menghinggapi ayah Amiru. Jika RRI atau radio lokal me-
nyinggung sedikit saja nama Lady Diana, lekas-lekas Amirza
membesarkan volume radio.
Lady Diana adalah kembang dunia yang selalu membesarkan hati
orang miskin, kata mereka. Jika ada berita Lady Diana mengun-
jungi kampung miskin nun di belahan dunia antah-berantah,
mereka mendekatkan telinga ke radio atau berkerumun di

