Page 24 - Ayah - Andrea Hirata
P. 24
Ayah ~ 11
Karena tahu Sabari anti cinta, pernah Ukun menggo-
danya dengan memasang-masangkannya dengan Shasya.
Sabari muntab tak keruan. Tiga hari Ukun didiamkannya. Sa-
bari yang penyabar, tak pernah begitu sebelumnya. Ukun se-
lalu menggoda Sabari dengan berbagai tingkah, tetapi kapok
menggodanya soal anak perempuan.
Alkisah, tamatlah Sabari, Ukun, dan Tamat dari SMP.
Impian mereka berikutnya sama dengan impian lulusan SMP
lainnya, yaitu masuk SMA negeri. Demikian banyak lulusan
SMP dari berbagai SMP di puluhan kecamatan, tetapi bang-
ku SMA terbatas. Maka, diadakan ujian seleksi selama tiga
hari, bertempat di Markas Pertemuan Buruh (MPB).
Hari terakhir adalah ujian Bahasa Indonesia. Sabari ter-
senyum simpul. Dijawabnya semua soal dengan tenang. Cin-
cai. Dilihatnya nun di sana, Ukun mengaduk-aduk rambut.
Sabari tersenyum lagi. Di arah pukul 5.00, Tamat tercenung,
tampak tertekan batinnya. Sabari kembali tersenyum. Maaf,
siswa lain bolehlah jago Matematika, IPA, Bahasa Inggris,
Geografi, Biologi, tetapi Sabari adalah Isaac Newton-nya Ba-
hasa Indonesia.
Dalam waktu singkat, Sabari telah menjawab semua
soal, tetapi dia tak ingin mengecewakan pihak-pihak yang te-
lah memberinya nama Sabari, yakni ayahnya dan diaminkan
neneknya. Ditunggunya dengan sabar sampai waktu mau ha-
bis. Jika menyerahkan jawaban secara mendadak, peserta lain
bisa terintimidasi, lalu grogi, pecah konsentrasi lalu berantak-
an. Betapa tampan budi pekerti anak itu.

