Page 8 - Orde Baru
P. 8
Perlawanan terhadap rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto muncul dari
berbagai lapisan masyarakat, terutama dari kalangan mahasiswa dan tokoh-tokoh masyarakat.
Gelombang protes ini tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan terhadap kebijakan
pemerintah, tetapi juga menandai kebangkitan kesadaran politik di kalangan masyarakat.
Perlawanan ini memainkan peran penting dalam menggerakkan perubahan sosial dan politik
yang pada akhirnya berujung pada reformasi pada tahun 1998.
A. Gerakan Mahasiswa
Gerakan mahasiswa menjadi salah satu kekuatan paling signifikan dalam perlawanan
terhadap Orde Baru. Pada tahun 1990-an, mahasiswa mulai menunjukkan ketidakpuasan
mereka terhadap kebijakan pemerintah yang otoriter dan korup. Organisasi seperti Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) aktif
dalam mengorganisir aksi-aksi protes, menuntut kebebasan berpendapat, transparansi, dan
akuntabilitas dari pemerintah (Heryanto, 2018). Aksi-aksi ini sering kali dihadapi dengan
kekerasan oleh aparat keamanan, namun tetap menunjukkan semangat juang yang tinggi di
kalangan mahasiswa.
Salah satu peristiwa paling penting adalah aksi demonstrasi besar-besaran pada tahun
1998, di mana mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia turun ke jalan untuk
menuntut reformasi. Mereka mengorganisir protes di Jakarta yang berujung pada Tragedi
Trisakti pada 12 Mei 1998, di mana empat mahasiswa tewas tertembak oleh aparat
keamanan. Insiden ini mengguncang masyarakat dan memperkuat dukungan publik terhadap
gerakan reformasi (McLeod, 2019). Setelah Tragedi Trisakti, gelombang protes semakin
meluas dan memunculkan tuntutan untuk menjatuhkan Soeharto.
B. Kritik dari Tokoh dan Organisasi
Selain mahasiswa, kritik terhadap Orde Baru juga datang dari berbagai tokoh
masyarakat dan organisasi. Banyak intelektual dan pemikir yang menyuarakan ketidakpuasan
terhadap kebijakan pemerintah melalui tulisan, artikel, dan buku. Misalnya, tokoh seperti
Mochtar Lubis dan Goenawan Mohamad secara terbuka mengkritik pelanggaran hak asasi
manusia dan pembatasan kebebasan pers di Indonesia (Robinson, 2020). Kritik ini sering kali
diabaikan oleh pemerintah, tetapi secara bertahap membangun kesadaran di kalangan
masyarakat tentang pentingnya demokrasi dan hak asasi manusia.
Organisasi non-pemerintah (LSM) juga memainkan peran penting dalam menyuarakan
kritik terhadap rezim Orde Baru. LSM seperti Walhi dan Kontras mengangkat isu-isu
lingkungan dan hak asasi manusia yang diabaikan oleh pemerintah. Mereka melakukan
kampanye, penelitian, dan publikasi untuk mengekspos berbagai pelanggaran yang terjadi
selama masa Orde Baru (Sukma, 2020). Kegiatan ini sering kali menghadapi ancaman dari
pemerintah, tetapi tetap bertahan dalam memperjuangkan keadilan sosial.
C. Pengaruh Global
Kritik terhadap Orde Baru juga dipengaruhi oleh perubahan global. Setelah Perang
Dingin, banyak negara di seluruh dunia mengalami transisi menuju demokrasi. Pengaruh ini
terasa di Indonesia, di mana banyak aktivis dan intelektual terinspirasi oleh gerakan
demokratis di negara lain. Media internasional juga mulai meliput isu-isu pelanggaran hak