Page 102 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 102
Belanda akhirnya mengumumkan peperangan terhadap rakyat Aceh.
Dinilai mudah dikalahkan, ternyata Aceh memiliki semangat tinggi
untuk mendapatkan Kembali tanah Aceh.
Perang dimulai pada 5 April 1857, di mana pasukan Belanda di
bawah kepemimpinan Mayor Jenderal J.H.R Kohler mulai menyerang
Aceh. Dengan kekuatan yang ada, para pejuang Aceh pun tidak
tinggal diam dan mampu memberikan perlawanan sengit. Belanda
sempat melakukan penyerangan ke Masjid raya Baiturrahman, dan
sempat menginstruksikan anak buahnya untuk menembakkan peluru
ke arah Masjid. Akibatnya, masjid mulai terbakar dan pasukan Aceh
mulai berbondong-bondong meninggalkan masjid. Belanda akhirnya
berhasil menguasai masjid pada 14 April 1873. Namun Mayor
Jenderal Kohler diketahui tewas dalam sengitnya pertempuran di
masjid ini. Setelah berhasil menguasai masjid, 9 Desember 1873
pasukan Belanda pun Kembali mendarat di Pantai Aceh. Pasukan ini
dipimpin oleh Letnan Jenderal J.van Swieten, seorang pemimpin baru
yang akan mengepalai pergerakan Belanda. Melihat kedatangan
Belanda, pasukan Aceh pun tidak tinggal diam hingga akhirnya
meluncurkan berbagai serangan. Namun sayangnya pasukan Aceh
harus mengalah dan mundur karena persenjataan Belanda jauh lebih
lengkap. Pada 24 Januari 1874, pasukan Belanda Kembali menduduki
istana. Sultan Mahmud Syah II bersama para pejuang lain telah
terlebih dahulu meninggalkan istana hingga pada akhirnya 4 hari
setelahnya Sultan wafat akibat wabah kolera. Setelah berhasil
menguasai Masjid dan istana, Belanda akhirnya mengangkat putra
mahkota Muhammad Daud Syah sebagai Sultan Aceh. Namun karena
beliau masih di bawah umur, Tuanku Hasyim Banta Muda pun
diangkat sebagai walia atau pemangku sultan sampai tahun 1884.
Tidak berhenti sampai di sini, Belanda pun terus melanjutkan perang
sampai ke daerah hulu. Posisi Letnan Jenderal Van Swieten pun sudah
digantikan dengan Jenderal Pel. Setelah itu mereka pun mulai
Juliandry Kurniawan Junaidi, M.Pd. 93

