Page 131 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 131
Masa Pendudukan Jepang juga ditandai oleh kebijakan agresif
yang memperkenalkan propaganda kemerdekaan sebagai bagian dari
strategi untuk mendapatkan dukungan rakyat. Jepang menyebarkan
ide bahwa Indonesia akan mendapatkan kemerdekaan setelah
perang, yang mencerminkan pemahaman bahwa legitimasi politik
harus diperoleh melalui dukungan rakyat, meskipun dengan cara
manipulatif (Salim, 2019).
Reformasi administratif yang dilakukan Jepang menggantikan
sistem kolonial Belanda dengan sistem pemerintahan mereka,
memberikan kesempatan bagi orang Indonesia untuk terlibat dalam
administrasi dan militer. Ini melatih pemimpin Indonesia yang
nantinya berperan penting dalam periode kemerdekaan (Kustiyah,
2020). Organisasi seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dibentuk
untuk melibatkan rakyat dalam upaya perang dan menyebarluaskan
ide kemerdekaan (Mardiyanto, 2018). Meskipun pendudukan Jepang
menghadirkan tantangan seperti kekurangan bahan makanan, hal ini
juga memperkuat semangat kolektif untuk berjuang demi kebebasan
(Kartodirdjo, 1990).
Melalui berbagai dinamika ini, jelas bahwa proklamasi
kemerdekaan adalah buah dari perjuangan kolektif yang terbangun
melalui berbagai pengalaman sejarah, dan menunjukkan bagaimana
dalam situasi sulit, dorongan untuk meraih kebebasan dapat tumbuh
lebih kuat.
8.2. Proses Menuju Proklamasi
1. Perjalanan Jakarta-Dalat-Jakarta
Sejak tanggal 12 Agustus 1945, suasana politik di Indonesia
mulai bergejolak, utamanya setelah Jepang mengumumkan
menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada
tanggal 12 Agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Rajiman
Widyodiningrat mengadakan pertemuan dengan Marsekal Terauchi
Kaksim, S.Pd.I., M.Pd. 122

