Page 77 - Sejarah Nasional Indonesia
P. 77

4.6. Masuknya Agama Konghuchu di Indonesia
                  Berdasarkan sensus tahun 2010, jumlah penganut Konghucu di
            Indonesia adalah 118.000 orang atau sekitar 0.05% dari total jumlah
            penduduk  Indonesia,  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  Konghucu
            merupakan agama minoritas di Indonesia (Rachman, 2018)
                  Masuknya  agama  Konghucu  di  Indonesia  diperkirakan
            berasamaan dengan aktivitas perdagangan oleh para pedahgang dari
            Tiongkok ke Indonesia, yakni diperkirakan sekitar abad ke 3 M oleh
            para  pedagang/imigran  Tiongkok  (Zazuli,  2018).  Sebagian  dari
            pedagang tersebut menikah dengan penduduk pribumi dan menetap
            sehingga membawa pada penyebaran agama Konghucu di Indonesia.
            tidak  banyak  sumber  yang  dapat  ditemukan  terkait  perkembangan
            agama  Konghucu  di  Indonesia  sejak  abad  ke 3  M  tersebut.  Namun
            pada tahun 1819 telah ditemukan sebuah Klenteng Ban Hing Kiong di
            Manado.
                  Di Indonesia pada umumnya para penganut agama Konghucu
            juga  menganut  agama Budha  dan  agama Tao  yang disebut  sebagai
            Tridharma atau Sam Kauw atau Tiga Agama. Perkumpulan tiga agama
            didirikan  pada  tahun  1934  oleh  Kweek  Tok  Hoay,  hal  ini  dilakukan
            karena  mayoritas  orang  Cina  yang  ada  di  Indonesia  telah  terjadi
            percampuran  antara  tiga  agama  tersebut  dan  menjadi  satu
            (sinkretisme agama).
                  Keberadaan dan perkembangan agama Konghucu di Indonesia
            sempat mengalami masa-masa kritis.  Sempat  diakui  sebagai  agama
            resmi  di  Indonesia  pada  tahun  1965  pada  masa  pemerintahan
            Presiden  Sokarno  melalui  Dekrit  Presiden  No.1/Pn.Ps/1965  tentang
            adanya  enam  agama  resmi  di  Indonesia,  namun  Konghucu
            mengalami  masa-masa  sulit  ketika  Presiden  Soeharto  melarang
            dilangsungkannya  aneka  ekspresi  budaya  China  di  Indonesia,
            termasuk  perayaan  hari-hari  besar  melalui  Intruksi  Presiden
            No.14/1967. Dampaknya kemudian adalah banyak penganut agama

                                     Dr. Meri Erawati., S.S., M.Hum  68
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82