Page 53 - SPH - 19 Mar 2025
P. 53
Setelah tahap meiosis selesai dan terbentuk empat spermatid haploid, spermatid
masih belum memiliki kemampuan bergerak dan belum siap untuk membuahi ovum.
Oleh karena itu, spermatid harus mengalami spermiogenesis, yaitu proses diferensiasi
dan pematangan menjadi spermatozoa yang fungsional. Selama spermiogenesis,
spermatid mengalami serangkaian perubahan struktural yang mendukung fungsinya
sebagai gamet jantan yang mampu bergerak dan melakukan fertilisasi. Perubahan
utama yang terjadi selama spermiogenesis meliputi:
A. Pemadatan Inti Sel
Inti sel spermatid mengalami kondensasi, sehingga materi genetik menjadi lebih
padat dan terlindungi dari kerusakan. Ini penting untuk menjaga stabilitas DNA
hingga proses fertilisasi.
B. Pembentukan Akrosom
Akrosom adalah vesikel berbentuk kantung yang terbentuk di bagian ujung
kepala sperma. Akrosom mengandung enzim hidrolitik, seperti hialuronidase dan
akrosin, yang berperan dalam membantu sperma menembus lapisan pelindung
ovum selama fertilisasi.
C. Pemanjangan Ekor (Flagelum)
Spermatid mengalami pemanjangan bagian posteriornya, membentuk ekor atau
flagelum. Flagelum ini berfungsi sebagai alat gerak utama sperma,
memungkinkan sperma berenang menuju sel telur dalam sistem reproduksi
betina.
D. Pengurangan Sitoplasma
Sebagian besar sitoplasma spermatid dihilangkan dalam bentuk residual body,
yang akan dibuang oleh sel Sertoli. Pengurangan sitoplasma ini membuat
spermatozoa lebih ringan dan lebih efisien dalam bergerak menuju ovum.
Setelah spermiogenesis selesai, spermatozoa yang telah matang dilepaskan ke
lumen tubulus seminiferus dalam proses yang disebut spermiation. Namun,
spermatozoa yang baru terbentuk ini masih belum sepenuhnya matang secara
fungsional. Oleh karena itu, mereka akan bermigrasi ke epididimis, di mana mereka
akan mengalami pematangan akhir, termasuk pengembangan kemampuan motilitas
41