Page 31 - Sela Nur VIka _PGSD C
P. 31

c. Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai).


              PUTERA oleh pihak Jepang dianggap lebih bermanfaat bagi Indonesia
              daripada  untuk  Jepang.  Pada  tanggal  1  Januari  1944  PUTERA

              kemudian  diganti  menjadi  Jawa  Hokokai.  Jawa  Hokokai  diawasi
              langsung oleh pejabat-pejabat Jepang. Tujuannya untuk menghimpun
              kekuatan  rakyat  dan  digalang  kebaktiannya.  Oleh  karena  tu,  anggota

              Jawa  Hokokai  harus  berbakti  dan  bersedia  mengorbankan  dirinya
              untuk kepentingan Jepang

             3. Penderitaan Rakyat Akibat Romusha

                 Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-
                 sumber bahan mentah untuk industri perang. Oleh karena itu,

                 rakyat  Indonesia  sangat  menderita  akibat  masa  pendudukan
                 Jepang. Bahan makanan dan pakain sulit diperoleh. Kelaparan
                 terjadi  di  berbagai  tempat.  Sebagian  besar  rakyat  memakai

                 pakain  dari  karung  goni  (bagor),  bahkan  ada  yang
                 menggunakan lembaran karet.



                 Segala sesuatu digunakan untuk kepentingan perang. Tanaman

                 yang  kurang  berguna  untuk  perang  dikurangi.  Banyak  lahan
                 yang ditanami jarak. Anak-anak sekolah juga dikerahkan untuk

                 menanam jarak. Jarak berguna sebagai pelumas mesin- mesin
                 dan pesawat terbang. Rakyat juga diharuskan menanam padi.
                 Akan tetapi hasilnya sebagian besar harus diserahkan kepada

                 Jepang.



                 Jepang  juga  mengerahkan  pekerja  paksa.  Mereka  disebut
                 romusha.  Para  romusha  dipaksa  bekerja,  antara  lain

                 membangun  prasarana  perang  seperti  benteng-benteng  atau
                 kubu-kubu  pertahanan,  jalan  raya,  lapangan  udara  dan  lain-

                 lain.  Mereka  bekerja  di  tengah  hutan,  di  tebing-tebing  sungai
                 atau  pantai  dan  di  tempat-tempat  berawa.  Mereka  bekerja
                 tanpa  mendapatkan  upah.  Makanan  dan  kesehatan  mereka

                 tidak diperhatikan. Semula diambilkan dari para gelandangan.
                 Tetapi dalam waktu singkat, para gelandangan itu habis ditelah

                 "mesin       perang"       Jepang.       Tenaga-tenaga           itu    kemudian
                 didapatkan  dari  desa-desa.  Tenaga  romusha  ini  pada

                 umumnya adalah para petani desa, sehingga
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36