Page 220 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 220

Terpegang di Pangkal Bedil
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    berpusat di Jeddah dan status keanggotaan Indonesia. Cerita
                    saya, ialah tentang pengalaman  hidup  Ayah pada tahun-
                    tahun awal Orde Baru yang rupanya merupakan prolog
                    keterlibatannya dalam lingkungan “The Rulling Class”,
                    sampai menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia tahun 1981.

                        Berkali-kali dia mengatakan bahwa dia hanya membantu
                    Orde Baru sekadar tenaga yang ada dari segi yang dia mampu
                    membantunya, yaitu berpartisipasi dalam pembangunan
                    bidang spiritual. Di sam ping berusaha mengurangi kecurigaan
                    penguasa pada umat Islam me lalui pendekatan pribadi dan
                    bicara dari hati ke hati.
                        Di samping itu, dia tetap menulis dalam Majalah Panji
                    Masyarakat, melakukan khutbah di Masjid Al-Azhar, kuliah
                    Shubuh di Radio Republik Indonesia, mimbar Islam televise,
                    dan memenuhi undangan pengajian, baik di Jakarta maupun
                    di daerah-daerah. Pada hari besar Islam, se perti Maulid Nabi
                    dan Isra Mi’raj,  Ayah amat sibuk, pada al manak-kalender
                    yang tergantung, setiap petak tanggalnya ditandai dengan
                    coret-coretan pengajian yang memintanya, kadang-kadang
                    dia harus berpidato tiga kali sehari.



                    Kebanyakan yang mengundangnya dari Instansi perusahaan
                    pemerintah, ada kalanya di rumah-rumah para pembesar
                    Negara. Menurut keterangannya, dakwah adalah suatu
                    perjuangan jangka panjang yang harus dilakukan dengan
                    sabar dan bijaksana. Kita sekarang masih berhadapan dengan
                    satu lapisan masyarakat yang terdidik dengan cara berpikir
                    dan sistem kolonial, Mereka itu beragama Islam, tapi takut
                    pada Islam, karena begitulah Belanda mengejarnya dulu.



                                                                        203

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:56 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   203
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   203      1/13/2017   6:18:56 PM
   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225