Page 262 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 262

Jembatan Umat dan Pemerintah
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    mencabut beredarnya Fatwa Majelis Ulama soal Natal itu.
                    Namun besoknya, saya disuruh mengantar  release yang
                    dibuat atas nama pribadi Ayah sendiri ke koran-koran, isinya
                    menegaskan bahwa itu tidak berarti bahwa fatwa itu batal,
                    fatwa itu sah yang dicabut hanyalah peredarannya.

                        Pada 18 Mei 1981, ketika saya sedang bekerja di kantor
                    Panji Masyarakat, Ayah menelepon menyuruh saya datang.
                    Sehari sebelum nya  Ayah baru kembali dari Medan. Saya
                    kira bakal ada oleh-oleh dari Medan untuk cucu-cucunya.
                    Tapi yang saya dapati Ayah sedang duduk menghadapi mesin
                    tiknya. Dia tersenyum ke arah saya.
                        “Ayah sudah mengambil keputusan.”

                        Saya tahu keputusan itu ialah yang menyangkut Majelis
                    Ulama, ta pi saya belum tahu bagaimana cara yang akan
                    ditempuhnya.
                        “Sebentar lagi ada rapat Pemimpin Harian di Kantor
                    Majelis yang baru, di Istiqlal. Inilah rapat pertama di kantor
                    itu dan ini pula pertama kali Ay ah melihat kantor itu. Tapi
                    kedatangan Ayah ke sana juga untuk yang terakhir kalinya,”
                    ujarnya dengan wajah berseri-seri.
                        “Jadi  Ayah akan berhenti?” tanya saya seraya
                    mengingatkan saran-saran yang melarang dia berhenti.

                        “Soalnya sudah lain, sadang lamak baranti (sedang enak
                    harus berhenti), kalau diteruskan juga bisa hambar,” katanya
                    dengan nada humor.
                        Namun jelas dari wajahnya terpancar kebahagiaan pagi
                    itu. Saya tak dapat menahan haru dan langsung merangkulnya.
                    Ayah lalu menenangkan saya. Setelah menuntun tangannya
                    ke kursi, Ayah bercerita tentang Imam Malik kepada saya.


                                                                        245

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:58 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   245
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   245      1/13/2017   6:18:58 PM
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267