Page 90 - POWERFULL APLICATION_Neat
P. 90
dengan gigih sejak umur 9 tahun; sejarah, ilmu jiwa,
biologi, katekismus agama Katolik, dan filsafat Eropa
klasik. Willy menelan didikan keras ayahnya. Suatu
hari ia diajak ayahnya naik sepeda ke alun-alun Kota
Solo. Di sana berhenti di bawah pohon beringin yang
rindang untuk makan rujak langganan ayahnya.
Sambil menikmati rujak, Willy mengamati kambing
dan kerbau di kejauhan. Willy memperhatikan kedua
hewan peliharaan itu. Tiba-tiba ia merasa heran, kerbau
yang jaraknya berjauhan dengan kambing kenapa
kelihatan sama besar. Tanpa sadar ia menuding dan
berseru, “Lihat kerbau dan kambing sama besarnya!”
Detik itu juga tangan sang Ayah melayang ke wajahnya.
Plak! Willy kaget bukan main. Rujak yang sedang enak
dimakan itu terpelanting ke tanah. “Ingat!” bentak
ayahnya. “Tidak boleh omong seperti itu lagi. Tirukan
ini: benda yang dekat tampak besar, sedang yang jauh
tampak kecil!” Sambil menahan sakit, Willy menirukan
perkataan itu. Dari cerita ini, Rendra menegaskan
bahwa ayahnya sangat keras mendidik pengertian
perspektif ala Barat. Tanpa kompromi. Willy dianggap
suka melamun oleh ayahnya. Padahal, di balik kejadian
itu, sebenarnya sejak kecil Rendra kerap mengalami
penglihatan tanpa perspektif, yang dekat dan jauh sama
besarnya.
Lain pula pendidikan model ibunya. Ibu Rendra
semasa dara, adalah penari Bedoyo Srimpi di Keraton
73

