Page 92 - POWERFULL APLICATION_Neat
P. 92

mengayuh sepedanya memelesat meninggalkan semua
            yang  bengong  dengan  kelakuan  itu.  Willy  senyum-
            senyum menuju sekolahnya.
                 Ketika duduk  di  kelas 2 SMA  puisinya mulai
            dimuat di majalah sastra yang berwibawa, asuhan
            H. B. Jassin. Nama W. S. Rendra sebagai penyair mulai
            harum di Kota Surakarta dan sekitarnya. Puisi-puisinya
            amat berbeda dengan penyair-penyair besar angkatan
            sebelumnya, Angkatan ‘45, seperti Asrul Sani dan Chairil
            Anwar. Karya mereka berbentuk liris, sedangkan puisi
            Willy balada dan epik dari dongeng dan mitos.
                 Willy  juga  aktif  berlatih  drama  dan  me-
            nyelenggarakan diskusi sastra. Masih bercelana pendek

            ia sudah mahir berdebat dengan Iwan Simatupang,
            sastrawan digdaya kala itu. Pelajaran Sejarah di sekolah
            yang  amat  disukainya,  dan  diskusi  filsafat  dengan
            mentornya di  perpustakaan sekolah amat membantu
            kematangan  kariernya.  Ia  memenangkan  hadiah
            pertama dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
            tahun 1954 untuk penulisan naskah drama Orang-orang
            di Tikungan Jalan. Pada halaman sampul naskah drama
            tersebut tertera tulisan tangan Rendra yang romantis:
            Untuk Nh. Dini, selamat berulang tahun, Februari 1955.
                 Willy  juga  menulis  cerpen,  meskipun  diikuti
            pengakuan, bahwa bakatnya di tataran ini meragukan, ia
            menulis karena uang. Namun, cerpennya yang berjudul
            “Ia Memiliki Leher yang Indah” menang dan menerima






                                                                75
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97