Page 7 - Panti Para Arwah
P. 7

PROLOG

                   Hal apa yang tidak bisa kamu lupakan seumur
               hidupmu?


                   Semoga  trauma di hatimu tidak seburuk bayang-
               an yang terus menghantui pikiranku hingga kini. Sejak

               kejadian itu, perasaan itu selalu hadir, bahkan, sering
               mengganggu tidurku sampai aku dewasa. Meski sudah
               belasan tahun berlalu, aku tetap tak mampu me-

               lupakannya. Semua masih terasa jelas dan membekas.

                   Petaka dimulai pada malam itu. Aku tidak mengerti

               mengapa aku dikunci di dalam kamar. Seorang anak
               berumur tujuh tahun yang tidak berhenti menangis

               ketika mendengar suara teriakan dan suara lemparan
               benda-benda pecah.


                   Aku mendengar jelas Ibu menangis sembari me-
               mohon ampun. Namun, suara teriakan ancaman yang
               keji terus terdengar dari mulut Bapak.


                   “Bapak ... sudah, Pak. Ibu kasihan.” Aku menangis
               sambil menggedor pintu kamarku yang terkunci rapat.


                   Brakk!! Brakk!!






                                                                       1
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12