Page 39 - SEJARAH SMK KELAS XI
P. 39
Masa pendidikan Supriyadi dapat bersekolah di Europese Lagere School (ELS), kemudian melanjutkan pendidikannya di
MULO. Setelah menyelesaikan pendidikan di MULO, akhirnya Supriyadi meneruskan Sekolah Pamong Praja Opleiding School
Voor Indlandse Ambtenaren (OSVIA) di Magelang, sampai Jepang datang menggantikan penjajahan Belanda.
Selanjutnya, Supriyadi bersekolah di sekolah menengah tinggi dan bisa mengikuti kesatuan semimiliter Jepang, Barisan
Pemuda (Seinendan) di Tangerang. Hingga akhirnya, Supriyadi pun terpilih sebagai anggota Pembela Tanah Air (PETA) yang
dibentuk oleh Jepang pada tanggal 3 Oktober 1943.
Setelah selesainya pendidikan Supriyadi di PETA, Jepang menilai bahwa Supriyadi layak menjadi perwira instruktur
dengan tugas membentuk tentara-tentara pribumi sebagai kader inti PETA. Supriyadi pun ditempatkan di Peleton I Kompi
III di Blitar dengan pangkat shodancho (Komandan Pelopor), serta ditugaskan untuk mengawasi para pekerja romusha.
Jika ditelisik, sistem kerja romusha justru tidak berpihak kepada rakyat Indonesia, Jepang melakukan sistem kerja paksa
untuk membangun jalan raya, jembatan, lapangan terbang, pelabuhan, benteng pertahanan, dan prasarana lainnya demi
kepentingan Jepang. Pada kondisi itu, para pekerja romusha tidak mendapatkan upah dan makanannya pun sangat dibatasi.
Banyak pekerja romusha yang kelaparan dan menderita sakit, hingga tidak sedikit juga ada yang meninggal dunia.
Kondisi itu jelas bertentangan dengan hati nurani Supriyadi, kepribadian Supriyadi sejak kecil yang prihatin melihat
orang-orang tertindas membuat hatinya semakin hancur. Hingga akhirnya, ia pun tidak tahan melihat penderitaan para
pekerja romusha yang dilakukan oleh Jepang.
Suatu waktu, ketika Sukarno berkunjung ke rumah keluarganya di Blitar, Supriyadi memimpin tentara PETA menyampaikan
keinginannya untuk melakukan pemberontakan kepada tentara Jepang. Sukarno hanya menyampaikan bahwa setiap
perbuatan tentu ada konsekuensinya yang pasti diterima. Hingga akhirnya, Supriyadi pun mampu meyakinkan bahwa
pemberontakannya akan berhasil.
Pada tanggal 5 Februari 1945, Supriyadi memimpin dan berencana melakukan pemberontakan. Ia akan menyerang
Jepang pada saat melakukan latihan bersama batalion PETA di Jawa Timur, di Tuban. Akan tetapi, rencananya tidak sesuai
karena Jepang tiba-tiba menghentikan proses jalannya latihan.
Rencana pemberontakannya pun kembali digelorakan. Pada tanggal 14 Februari 1945, Supriyadi memimpin
pemberontakan kepada Jepang dengan tragedi berdarah. Banyak korban jiwa yang berjatuhan dari pihak Jepang. Akan
tetapi, ternyata Jepang berhasil melumpuhkan pemberontakan itu dan memberikan hukuman kepada para tersangka.
Di antara pemberontak itu, ada enam orang yang dihukum mati, tiga orang akan dihukum seumur hidup, dan lainnya
mendapat hukuman penjara 3–15 tahun. Namun anehnya, Supriyadi sebagai pemimpin pemberontakan justru tidak
termasuk dalam hukuman tersebut.
Setelah Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya, pemerintah Republik Indonesia mengumumkan
bahwa Supriyadi diangkat sebagai Menteri Keamanan Negara Kabinet I pada tanggal 6 Oktober 1945. Namun, yang
terjadi Supriyadi tak kunjung datang.
Sejak saat itu, jejak Supriyadi menghilang dan kematiannya pun menjadi misteri. Tak ada yang tahu, apakah Supriyadi
berhasil lolos saat pemberontakan di PETA, atau memang sengaja disembunyikan oleh Jepang tanpa proses pengadilan.
Sumber: https://bit.ly/3PHPnjd
Soal Tantangan
Sikap Jepang yang semena-mena dan menyengsarakan dan secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka
rakyat Indonesia, lambat laun makin terasa dan disadari. kepada Jepang.
Penderitaan ini memicu kebencian rakyat terhadap Jepang. Jawablah pertanyaan berikut!
Di sebagian wilayah, rakyat memilih angkat senjata.
PETA, organisasi militer yang dibentuk Jepang sendiri 1. Para tokoh nasional menyambut kedatangan Jepang
bahkan melawan. Begitu pula para tokoh nasional yang dengan tangan terbuka. Mereka menganggap Jepang
melawan dengan caranya masing-masing. Perlawanan dapat mewujudkan keinginan Indonesia untuk
terhadap Jepang dilakukan dengan cara yang berbeda. merdeka. Oleh karena itu, mereka bersedia bekerja
Tokoh nasional melakukan perlawanan dengan cara yang sama dengan Jepang dan ikut bergabung dalam
kooperatif. Golongan muda memilih melakukan perlawanan organisasi bentukan Jepang. Jika para tokoh nasional
terhadap Jepang dengan cara gerakan bawah tanah. saat itu memutuskan untuk melawan Jepang secara
Adapun perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia di frontal dan terang-terangan, apa yang akan terjadi?
beberapa daerah adalah perlawanan mengangkat senjata
Bab I Pendudukan Jepang di Indonesia 25

