Page 20 - The Bravest Shahabah
P. 20

THE BRAVEST SHAHABAH   |  4



              membubarkan mereka. Dia hanya  seorang diri tetapi seperti sebuah  pasu-
              kan yang terlatih dengan persiapan yang matang. Setiap kali Rasulullah ﷺ
              melihat ada segerombolan pasukan yang hendak menyerangnya, beliau
              memerintahkan Ali untuk menyerang mereka. Ali pun dengan secepat kilat
              mengarahkan pedangnya dan memporakporandakan pasukan tersebut.
              Dia senantiasa berperang sehingga terlihat bahwa dia menderita luka-
              luka yang banyak. Darah bercucuran dari wajah, kepala, dada, perut, dan
              kedua tangannya.

                  Kisah yang baru saja kita baca adalah sepenggal kisah peperangan
              di zaman Rasulullah  ﷺ ketika beliau dan para sahabatnya berjuang
              membela agama  Islam. Kisah  lengkapnya  tentu  akan  kita  temukan

              dalam kisah-kisah para sahabat dalam buku ini. Namun, sebelum kita
              berlanjut pada pembahasan utama buku ini, mari kita telusuri kembali
              latar belakang perang di zaman Rasulullah saw.. Mengapa pada akhirnya,
              Rasulullah  ﷺ memerintahkan  perang  kepada  pengikutnya  saat  itu?
              Ketika Islam yang  dibawa  Rasulullah  ﷺ baru  memasuki perjalanan
              awalnya di tengah peradaban manusia.

                  Para fukaha (ahli fikih) berbeda pendapat tentang konsepsi dasar
              hubungan antara muslim dengan nonmuslim dalam perspektif Islam.
              Pertanyaannya, apakah hubungan tersebut didasarkan atas perdamaian
              dalam artian peperangan hanya bersifat insidental? Atau, justru malah

              perdamaian yang hanya bersifat insidental?
                  Pendapat pertama mengatakan bahwa perang dengan orang kafir
              hanya bersifat pembelaan karena mereka memerangi atau menggang-

              gu umat Islam. Konsep ini disebut jihad ad-daf’ (jihad defensif). Adapun
              pendapat  kedua—yakni  mereka  yang  memandang  hubungan  antara
              muslim  dengan  nonmuslim  atas dasar  perang—mengatakan bahwa
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25