Page 47 - Pendidikan Pancasila SMA Kelas XI
P. 47
D. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sebelum terbentuknya Negara Indonesia yang diprokla-
masikan tanggal 17 Agustus 1945, Pancasila telah
terlihat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila bukan merupakan hasil pemikiran seseorang
atau sekelompok orang, namun Pancasila secara tidak
langsung telah terkandung dalam pandangan hidup
bangsa. Pancasila digali dari nilai-nilai yang hidup,
berurat, dan berakar dalam jiwa bangsa. Oleh karena
itu, Pancasila memberi corak khas yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Hal
tersebut yang membedakan bangsa Indonesia dengan
Sumber: https://bit.ly/3O64LHz
bangsa-bangsa lain di dunia. Bagaimana cara penerapan Gambar 1.25 Kitab Sutasoma
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari? Agar
pengetahuan kalian bertambah, simaklah materi berikut.
Sebelum membahas tentang nilai-nilai Pancasila, kalian pasti sudah
mengetahui jika semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat di kaki
Burung Garuda diambil dari Kitab Sutasoma yang sudah ada sejak
zaman Kerajaan Majapahit, bukan? Semboyan tersebut sesuai dengan
keberagaman yang ada di Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk.
Keberagaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas bangsa Indonesia
sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau. Banyaknya pulau yang
ada di Indonesia menyebabkan beragamnya suku bangsa dan budaya
yang dimiliki Indonesia.
Wawasan Kewarganegaraan
Kitab Sutasoma
Kitab Sutasoma ditulis dalam bahasa Jawa Kuno oleh Mpu Tantular pada akhir
abad ke-14 pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Kitab ini menggambarkan
toleransi beragama yang sudah lama terjalin di Kerajaan Majapahit. Semangat
toleransi ini kemudian dijadikan semboyan bangsa Indonesia. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika merupakan pernyataan sikap untuk hidup berdampingan dalam
perbedaan dan menjadikan perbedaan sebagai nada-nada untuk menghasilkan
harmonisasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kitab Sutasoma merupakan kitab yang dikutip oleh pendiri bangsa Indonesia
dalam merumuskan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika. Kutipan frase Bhinneka Tunggal Ika terdapat pada pupuh
139 bait 5, yang petikannya adalah, Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa
Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan
Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Artinya,
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang
berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha)
dan Siwa adalah tunggal. Terpecahbelahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak
ada kerancuan dalam kebenaran.
Sumber: https://bit.ly/3x6bLux
Bab I Menerapkan Sila-Sila Pancasila 33