Page 37 - Bahasa Indonesia SMK Kelas XII
P. 37

(HKBP)  Maranatha  di lingkungan Cikuasa,  Kelurahan Geram, Kecamatan  Grogol, Kota Cilegon,
                    Banten.  Celakanya lagi, Wali Kota Cilegon Helldy  Agustian  dan Wakil Wali Kota Cilegon Sanuji
                    Pentamarta  ikut  menandatangani penolakan tersebut  saat  massa menggeruduk  kantor Pemerintah
                    Kota Cilegon pada 7 September 2022.
                        Bukan kali ini saja, Pemerintah Kota Cilegon menolak pembangunan rumah ibadah umat kristiani.
                    Menurut catatan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum  Indonesia (YLBHI), Pemerintah  Kota Cilegon
                    telah menolak empat kali pengajuan izin Gereja HKBP Maranatha sejak 2006 dan lima kali menolak
                    pengajuan izin Gereja Baptis Indonesia Cilegon sejak 1995. Wali Kota Cilegon Helldy Agustian
                    mengaku  meneken  petisi  hanya untuk  memenuhi  keinginan kelompok  yang  menolak  pembangunan
                    rumah ibadah. Sungguh  alasan yang  tak  pantas disampaikan oleh pejabat negara  yang  seharusnya
                    berdiri di atas semua golongan.
                        Tindakan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon yang menandatangani penolakan pembangunan
                    rumah ibadah adalah tindakan diskriminatif, melanggar hak asasi manusia, dan pengkhianatan terhadap
                    konstitusi.  Adapun  yang menjadi dasar  Komite  Penyelamat  Kearifan  Lokal Kota Cilegon  menolak
                    pembangunan gereja  ialah Surat Keputusan  (SK)  Bupati  Kepala Daerah Tingkat  II Serang Nomor
                    189/Huk/SK/1975 tertanggal 20 Maret 1975. Surat yang diteken 47 tahun silam. SK tersebut berisi
                    tentang  penutupan gereja atau  tempat  jemaah bagi agama Kristen  dalam daerah  Kabupaten Serang
                    (sekarang Cilegon).
                        Regulasi  usang dan diskriminatif yang seharusnya  tidak  lagi dipakai untuk  menghalang-halangi
                    pembangunan rumah ibadah. Terlebih populasi warga nonmuslim di Kota Baja itu terus bertambah
                    dan membutuhkan tempat ibadah. Wali Kota Cilegon menegaskan pembangunan gereja tersebut belum
                    sesuai peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006.

                        Sebagai pelayan masyarakat,  tanpa  memandang suku,  agama, ras, dan  antargolongan, sang wali
                    kota  seharusnya  membantu persyaratan apa saja yang  harus  dipenuhi  dalam pembangunan rumah
                    ibadah.  Bukan langsung main  teken menolak pembangunan  rumah ibadah.  Dalam  beberapa  kasus
                    pembangunan rumah ibadah, peraturan bersama kedua menteri tersebut acapkali menjadi sandungan.
                    Jika terus menjadi masalah, sudah selayaknya regulasi tersebut ditinjau kembali. Dibuat lagi regulasi
                    yang menjadi jalan tengah agar keberagaman sebagai satu bangsa tetap kokoh dalam bingkai Bhinneka
                    Tunggal Ika. Rumah ibadah adalah keniscayaan bagi pemeluk agama dan kepercayaan sehingga
                    keniscayaan pula dalam memanifestasikan amanat konstitusi.
                        Keberagaman sejak  Indonesia merdeka  77  tahun silam adalah  sebuah  kekuatan.  Semua elemen
                    bangsa memiliki kontribusi untuk menegakkan kedaulatan bangsa dengan darah, nyawa, dan air mata.
                    Di atas regulasi dalam kehidupan beragama dan  berkeyakinan adalah  semangat bertoleransi, saling
                    menghargai, dan menyayangi satu  sama lain. Indonesia merdeka  dan era mengisi  pembangunan  di
                    segala bidang adalah buah dari kebersamaan sebagai satu bangsa. Kota Cilegon saatnya harus berbenah.
                    Studi Setara Institute tentang indeks kota toleran (IKT) 2021 menempatkan kota industri ini di rapor
                    merah.  Studi ini  menggunakan  empat variabel  dan  delapan  indikator  terhadap  94 kota di tanah  air.
                    IKT ini memberikan status kinerja pemerintah kota dalam mengelola kerukunan, toleransi, wawasan
                    kebangsaan, dan inklusi. Toleransi bukan basa-basi, apalagi halusinasi.
                                                                                                  Sumber: https://bit.ly/45rUknx











                                                                          Bab I Kritis dan Kreatif dalam Berargumentasi  25
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42