Page 10 - Archipelagos 1
P. 10
Mata Nala membulat setelah membaca kalimat terakhir.
Ia kembali terisak, meringkuk sendirian di dinginnya malam.
Sementara tantenya hanya menyaksikannya di kejauhan sambil
menyeruput teh emas kuning dengan anggun tanpa iba sama
sekali.
Hari demi hari telah berlalu, makin lama, Pevita makin
menunjukkan jati dirinya. Menyuruh keponakannya itu mengepel
lantai, menyikat sepatunya, menyeka debu-debu di antara akrilik
kaca, memberi makan ikan-ikan di kolam halaman belakang
bahkan sampai membersihkan sarang laba-lama di plafon yang
menjulang. Mengutuk. Lalu mengumpat.
Dari dua belas pelayan di rumah itu, kini tersisa empat dan
mereka hanyalah tukang masak. Pevita sengaja menyisakan semua
pekerjaan untuk keponakannya sebagai bentuk balas dendam.
Pevita sendiri dulu adalah anak terbuang karena kakaknya lebih
disayang oleh sang ayah, Mister Kren yang terkenal seluruh
negeri sebagai pengusaha ulung tahun 1940-an.
Padahal Thomson, saudara satu-satunya Pevita atau pria
yang dipanggil Papa oleh Nala tak seburuk itu. Kalau Pevita tidak
terus kabur dan mengasingkan diri di negeri asing, ia mungkin
akan dibahagiakan oleh sang kakak. Tetapi Pevita keras kepala
dan tamak.
Nala merasa dirinya adalah anak termalang di dunia.
Tetapi di waktu yang bersamaan, di penjuru tempat lain ada juga
anak lain yang mendapatkan masalah yang sama, yang membuat
mereka ingin lari dari kehidupan mereka yang malang.
Seperti Sanja, anak perempuan pemalu berambut pendek
dengan poni yang hampir menutupi matanya. Ia merupakan
4