Page 15 - Sejarah Pemikiran Islam
P. 15
Dalam kalkulasi mereka, rezeki yang datang tiba-tiba tersebut tidak hanya
menghinggapi pemilik rumah, tetapi juga kedua perempuan yang ditugaskan
membersihkannya. Upah Rp100.000 untuk pekerjaan “sepele” tersebut
dianggap terlalu tinggi. Maka dengan gembira, suami perempuan tetangga sang
nyonya berpantun sebagai ungkapan rasa riang:
Wong cilik/gawéyané iplik/duwité sithik/mangané gogik/linggih dingklik/
oklak-aklik.
(Walau) orang kecil/kerjanya lebih banyak/(tetapi) uangnya sedikit/
makannya gogik (nasi bercampur tiwul)/duduk di kursi reot/(dan
karena itu) bergoyang, mau rubuh.
Ketika rumah tersebut sudah bersih dan karpet sudah tergelar, sang nyonya
menunggu dengan sia-sia kedatangan orang tersebut. Setelah dua jam, Yu Dadi
berusaha menghibur sang nyonya pemilik rumah: “Ya sudahlah. Tidak usah
ditunggu. Toh rumah itu sudah bersih.” Sang nyonya tetap masgul, seraya
berkata: “Soalnya saya sudah telanjur meminjamkan uang Rp2 juta kepada
orang itu.” Tanpa diketahui Yu Dadi, sebelum pergi orang asing ini sempat
meminta uang senilai itu kepada sang nyonya, dengan alasan kantornya belum
sempat mencairkan dana untuk membayar sewa truk pembawa perabotan ke
rumah itu.
Walau kecewa, sang nyonya mengembalikan segala sesuatu kepada Tuhan.
Kepada Yu Dadi, ia berkata:
Yu, néng opo yo yu Gusti Allah maringi coban koyo ngéné?
Apakah maksud Tuhan dengan memberikan cobaan seperti ini, Yu? 18
Pada akhir 1980-an hingga 2005, seorang perempuan tua asal Wonogiri,
Jawa Tengah, telah bekerja sebagai pemijat di Jakarta. Orang memanggilnya
Mbah Pijit. Sejak usia dini, ia telah mendapatkan pengalaman distinktif dalam
hidup. Dalam umur 11 tahun, ia dinikahkan dengan seseorang yang lebih tua.
Belum sempat melaksanakan “tugas” sebagai istri, sang suami meninggal secara
mengenaskan: tenggelam pada sebuah sungai. Kemudian, di zaman Jepang
18 Cerita Sudadi (Yu Dadi) kepada Siti Nurrahmah, di Jakarta, 18 Juli 2011.
Kata Pengantar xiii