Page 44 - Sejarah Pemikiran Islam
P. 44

dosa besar itu tidak merusak keimanan seperti halnya ketaatan tidak membawa
                 manfaat  bagi kekufuran.  Mengenai  pelaku  dosa  besar,  mereka  tidak  mau
                 terlibat  dalam pembicaraan lebih  jauh,  penyelesaiannya mereka tangguhkan
                 sampai hari  pembalasan  kelak tiba, keputusannya mereka serahkan  kepada
                      12
                 Allah.  Karena menangguhkan atau menunda persoalan pelaku dosa besar ini
                 sampai hari pembalasan kelak tiba, mereka diberi nama al-Murji’ah.
                     Berbeda dengan dua pendapat yang telah dikemukakan di atas, kaum al-
                 Mu’tazilah berpendapat bahwa pelaku dosa besar itu tidak lagi mukmin dan

                 tidak pula kafir, melainkan berada pada posisi antara dua predikat tersebut,
                 antara mukmin dan  kafir. Pandangan  ini kemudian  terkenal  dengan  istilah
                                 pelaku dosa  besar itu mereka sebut fasik, predikat antara
                 mukmin dan kafir. Menurut Washil bin Atha, tokoh pertama al-Mu’tazilah,
                 mukmin adalah sifat baik yang diberikan kepada seseorang dan itu meru pakan
                 nama pujian.  Sementara orang fasik, karena melakukan dosa  besar, tidak
                 berhak mendapat  nama  pujian  tersebut dan  karenanya tidak  dapat  disebut

                 mukmin, ia tidak dapat pula disebut kafir secara mutlak karena bagaimana pun
                 juga dia masih mengucapkan syahadat dan menger jakan perbuatan-perbuatan
                 baik. Orang fasik, pelaku dosa besar, apabila meninggal dunia sebelum sempat
                 bertaubat, sementara tidak ada tempat antara surga dan neraka di akhirat kelak,
                 ia akan ditempatkan di neraka untuk selama-lamanya, hanya saja siksa yang
                 ditimpakan kepa danya lebih ringan dibanding siksa untuk orang kafir. 13

                     Demikianlah, masalah pelaku dosa besar ini melahirkan tiga aliran kalam
                 dalam Islam. Tiga aliran dimaksud adalah al-Khawarij, al-Murji’ah, dan aliran
                 al-Mu’tazilah.

                     Sementara itu, telah lahir pula dua aliran kalam yang mempunyai paham
                 saling bertentangan satu sama lain, yaitu aliran al-Jabariyah dan al-Qadariyah.
                 Persoalan hangat yang dibicarakan oleh kedua aliran ini adalah tentang



                 12   Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, t.t.), jilid
                     I, hlm. 133.
                 13   Abu al-Fath Muhammad Abdul Karim bin Abi Bakr Ahmad al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal,
                     hlm. 48.



                 8     Sejarah Pemikiran Islam
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48