Page 144 - 2B
P. 144
2B
Penyelesaian novel ini juga tak lepas dari mereka, orang-
orang PNBB. Salah satu musuh terbesar dalam menulis adalah
mood. Ya. Mood. Seringkali suasana hati berubah, hingga feel untuk
meneruskan novel ini pun berhenti. Tetapi, ketika melihat teman-
teman PNBB begitu semangat menulis, kadang ketularan juga
akhirnya. Pengomporan panas dari tukang kompor Pak Heri Mulyo
Cahyo pun tak luput dari selesainya novel ini. Di saat saya
berencana untuk menerbitkan novel ini setelah UN saja, saya malah
dikira ngeless. Wah, sebenarnya tak terima. Saya hanya takut jika
nanti siswa yang mau UN menjadi galau gara-gara membaca novel
ini. Permasalahannya, sebagian dari novel ini adalah adalah kasus-
kasus yang kami temukan di internet, nyata dan sebagian lagi juga
pengalaman sendiri maupun pengalaman teman yang kemudian
kami satu padukan, kami racik hingga menjadi novel ini. Sebagian
lagi, tentu saja hasil imajinasi kami, sedikit dramatisir agar konfilk
cerita terasa. Tapi yang jelas, saya ucapkan terima kasih kepada
Pak Heri yang membuat saya dan Ummu kemudian lembur sampai
jam satu malam untuk menyelesaikannya, karena sebenarnya itulah
obat dari orang yang seringkali mengandalkan mood. Pemaksaan.
Novel ini tentu saja masih luput dari sempurna, apalagi
karena sebagian dibuat oleh saya yang merupakan penulis pemula.
Selain itu, novel ini dibuat oleh dua orang berbeda. Semoga
pembaca tidak merasakan adanya dua gaya kepenulisan di sini. Ini
adalah novel pertama saya yang berani saya publikasikan, bekerja
sama dengan teman saya Ummu. Terima kasih Ummu, darimu saya
banyak belajar meramu kata.
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 143

