Page 134 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 134

diam. Apakah ilu caranya memberitahuku kalau ia sedang tidak
           ingin  diganggu. Tapi sampai kapan kata 'sedang' itu  akan
           dipakai?
                   "Ito, kau sudah membacanya?"
                   "Bill  Harris?"  tanyanya  pelan. Tidak seperti
           menggunakan nada yang selama ini ia gunakan.

                   "Hi'..eh," kamiberdua lalu terdiam.
                   Aku  hanya  bisa  menuliskannya. Tidak  bisa
           mengatakannya secara langsung. Karena Ito akan memotong
           kalimat deini kalimat yang kusampaikan. Entah untuk sesuatu
           yang dianggapnya penting untuk diucapkannya atau tidak. Dan
           kalimat-kalimat bijak itu akan kehilangan makna jika terlalu
           banyak tanggapan yang diberikan. Cerita yang kutuliskan butuh

           anggukan.
                  "Lalu...bagaimana?"  tanyaku  hati-hati.  Berharap
           dengan begitu  Ito  akan merasa bertanggung jawab untuk

           menjawab pertanyaanku.
                  "Apanya  yang  bagaimana?" Ito  melemparkan
           pertanyaan retoris padaku. Tapi apapun bentuk pertanyaan itu,
           pasti bisa kujawab.
                  "Bagaimana dengan semangat hidupmu? Kau sudah
           ingat di mana kau menaruhnya dulu? Kau sudah ingat apa yang
           seharusnya kau lakukan sejak setahunlalu?"
                  Terdiam. Ini menyenangkanku. Tidak ada pemandangan
           yang menghiasi kedua bola matanya. Pohon pisang yang hijau
           dan kumpulan bocah  yang bermain sepak  bola  dengan
           bertelanjang kaki di depan rumahnya. Dan kurasa jiwanya pun
           kini tengah bermain bersama-sama bocah-bocah itu. Mereka

           E' pisode 2.... (llosiana Noor [annah, SM.AN 1 Cjembong)   127
   129   130   131   132   133   134   135   136   137