Page 3 - Flik coba_Neat
P. 3
2. Konsepsi Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau
Istilah Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau merupakan gabungan dari dua
konsepsi yang berbeda, yakni “Sejarah Minangkabau” dan Kebudayaan Minangkabau”.
Penggabungan tersebut dimaksud agar terdapat pemahaman yang utuh mengenai
Minangkabau yang ditinjau dari aspek sejarah dan kebudayaannya, mengingat kedua
kata tersebut merupakan istilah yang saling melengkapi satu dengan yang lainya. Untuk
memahami hal tersebut maka akan dibahas satu persatu dari kata tersebut.
Kata sejarah dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu yang diserap
dari Bahasa Arab, syajarah. Terdapat beberapa pengertian secara etimologi kata
syajarah, diantaranya pohon, keturunan, asal usul, silsilah, Riwayat, babad, tambo, dan
tarikh. Seiring dengan itu, adanya pengaruh Barat di Indonesia mendatangkan kosa kata
baru yakni geschiedenis, historie (Belanda), history (Inggris). Dalam perkembangannya
istilah sejarah disamakan dengan history yang berarti riwayat dari segala sesuatu yang
mengalami perubahan (Gazalba, 1981).
Secara epistimologi pengertian sejarah dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2013) bahwa
sejarah merupakan (1) ilmu tentang manusia; (2) ilmu tentang waktu; (3) ilmu tentang
sesuatu yang mempunyai makna sosial; dan (4) ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satu-
satunya, dan terperinci. Lebih lanjut ditegaskan bahwa sejarah berbeda dengan mitos,
walaupun keduanya sama-sama menceritakan masa lalu. Mitos menceritakan masa lalu
dengan waktu yang tidak jelas dan kejadian yang tidak masuk akal, sementara itu sejarah
memiliki waktu kejadian yang jelas dan kejadiannya dapat ditangkap oleh indera
manusia. Singkatnya sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Dari pengertian tersebut
maka dapat dikatakan bahwa Sejarah Minangkabau merupakan kajian mengenai
Minangkabau yang ditinjau dari aspek historis, masa lalu hingga saat ini.
Berkenaan dengan kebudayaan mengandung arti yang sangat luas meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, kebiasaan dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Brata, 2010). Ditinjau dari
asal katanya maka kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Budhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari Budhi yang berarti Budi atau Akal. Dalam hal ini,
kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.
Koentjaraningrat (1980) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari
hasil budi dan karya. Dengan kata lain kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang
pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan
merupakan produk dari budaya.
Menurut dimensi wujudnya, maka kebudayaan mempunyai 3 wujud, yaitu:
(1) Wujud sistem budaya sifatnya abstrak. Berupa kompleks gagasan, ide-ide, konsep,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang berfungsi untuk mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada perilaku manusia serta perbuatannya
dalam masyarakat. Disebut sebagai sistem budaya karena gagasan, pikiran, konsep,
norma dan sebagainya tersebut tidak merupakan bagian-bagian yang terpisahkan,
melainkan saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat hubungannya sehingga
menjadi sistem gagasan dan pikiran yg relatif mantap dan kontinu.
(2) Wujud sistem sosial bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi. Berupa aktivitas
manusia yang saling berinteraksi dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan
adat tata kelakuan yang ada dalam masyarakat. Gotong royong, kerja sama,
musyawarah, dan lain sebagainya.
(3) Wujud kebudayaan fisik aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari
berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai
tujuannya. Hasil karya manusia tersebut pada akhirnya menghasilkan sebuah benda
dalam bentuk yang konkret sehingga disebut kebudayaan fisik. Berupa benda-benda
hasil karya manusia, seperti candi-candi, prasasti, tulisan-tulisan (naskah), dan lain
sebagainya.
2