Page 11 - Indara dan Siraapare
P. 11
Lama kelamaan ayah dan ibunya merasa sedih dan
kecewa. Kedua anaknya menjadi anak yang sangat nakal.
Mereka sering membantah dan melawan ayah dan ibunya.
Indara Pitaraa dan Siraapare pun selalu berkelahi.
Ternyata, keris yang mereka bawa sejak lahir telah
menjadi senjata ampuh bagi mereka. Keris itu sering dipakai
untuk menakut-nakuti orang. Tidak seorang pun penduduk
desa yang berani melarang mereka. Indara Pitaraa dan
Siraapare gampang sekali marah dan mengamuk jika ditegur
atau dilarang.
Semakin hari, kenakalan Indara Pitaraa dan Siraapare
semakin menjadi-jadi. Mereka merusak tanaman, memukuli
orang, dan membunuh binatang.
Suatu hari, Indara Pitaraa memukul dan melukai
Lawakea, seorang bapak penjual sayur di pasar. Lawakea
menegurnya karena Indara Pitaraa mengganggu anak-anak
lain yang sedang bermain. Penduduk kampung mulai merasa
resah dan takut. Akhirnya, mereka pun mengadukan hal ini
pada kepala desa dan menyampaikan keresahan mereka
pada La Jampi dan Wa Sara.
“Pak, saya malu menghadapi Indara Pitaraa dan
Siraapare. Orang-orang desa mulai marah. Akan kita apakan
anak-anak kita. Aku takut jika penduduk marah, lalu mereka
mengusir kita,” Kata Wa Sara sambil berurai airmata.
4