Page 9 - Tembok Kayu Berdasar Batu
P. 9

hidup semakin  berat dan bingung harus berbuat apa. Irfan
               yang mengetahui ibunya menangis saat berdoa juga menjadi

               sedih  kemudian  memeluk  ibunya  setelah  berdoa.  Lalu  ia
               berkata kepada ibunya,
                       “Bu,  tidak  usah  bersedih.  Kalau  Irfan  tidak  sekolah

               pun tidak apa-apa.”
                       Ibunya  ibunya  menjawab,  “tidak  nak,  kamu  harus

               sekolah  dan  harus  menjadi  anak  yang  pintar  supaya  kelak
               kamu  menjadi  anak  yang  bisa  membanggakan  orang  tua.
               Kamu harus berhasil menjadi anak yang sukses nantinya.”
                       Mendengar  hal  itu  Irfan  semakin  semangat  untuk

               sekolah  namun  yang  tetap  menjadi  kendala  adalah  karena
               Ivan masih belum mempunyai handphone pintar. Meskipun

               sekolah  diliburkan  oleh  pemerintah  namun  proses  belajar
               mengajar  tetap  dilakukan  di  rumah  baik  guru  maupun
               pelajar. 3 minggu sudah proses belajar mengajar berlangsung

               namun  Irfan  tidak  pernah  mengikutinya  dan  akhirnya  ia
               ketinggalan  begitu  banyak  mata  pelajaran.  Sesekali  ia
               menangis dan pada akhirnya ia mulai bekerja mencari uang

               sebagai tukang bersih-bersih di rumah juragan Sutarma yang
               tidak  lain  adalah  juragan  dari  orang  tuanya.  Irfan  bekerja
               dengan begitu rajin dan tidak mengenal lelah karena dalam

               hatinya ia harus bisa membeli handphone pintar untuk bisa
               belajar lagi seperti teman-teman yang lainnya. Di saat orang

                                                                        9
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14