Page 32 - adab-bersin
P. 32

Kisah Pohon Apel


                       Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca cerita ini tapi apa salahnya saya
               muat kembali di pages ini buat saudara-saudara kita yang belum pernah membaca cerita ini
               dan sebagai bahan review buat yang sudah pernah membaca. Semoga bermanfaat………


                       Suatu  masa  dahulu,  terdapat  sebatang  pohon  apel  yang  amat  besar.Seorang  kanak-
               kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat
               pohon  tersebut,  memetik  serta  memakan  apel  sepuas-puas  hatinya,  dan  adakalanya  dia
               beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi
               tempat permainannya.

                       Pohon  apel  itu  juga  menyukai  anak  tersebut.  Masa  berlalu…  anak  lelaki  itu  sudah
               besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain
               di  sekitar  pohon  apel  tersebut.  Namun  begitu,  suatu  hari  dia  datang  kepada  pohon  apel
               tersebut dengan wajah yang sedih.

               “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

               “Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja
               itu.


               “Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada
               yang sedih.


                       Lalu  pohon  apel  itu  berkata,  “Kalau  begitu,  petiklah  apel-apel  yang  ada  padaku.
               Juallah  untuk  mendapatkan  uang.  Dengan  itu,  kau  dapat  membeli  permainan  yang
               kauinginkan.”


                       Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ.
               Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

               Masa berlalu…

               Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.


               “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

               “Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin
               membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?”
               Tanya anak itu.

               “Maafkan  aku.  Aku  tidak  mempunyai  rumah.  Tetapi  kau  boleh  memotong  dahan-dahanku
               yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.
               Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi
               dengan  gembiranya.  Pohon  apel  itu  pun  turut  gembira  tetapi  kemudiannya  merasa  sedih
               karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.





                                                           32
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37