Page 168 - Buku 9
        P. 168
     bahwa kisah sukses desa industri kulit (Sidoarjo), desa in-
            dustri meubel (Jepara), desa keramik (Banyumulek Lombok
            Barat  maupun Kasongan Bantul),  desa industri makanan
            (Klaten), dan lain-lain, yang tidak diwadahi oleh BUMDesa
            melainkan digerakkan secara kolektif para borjuis lokal.
               Pengamatan maupun  penelitian  tentang  BUMDesa  se-
            lalu memunculkan pertanyaan, mengapa sebagian kecil
            BUMDesa sehat, sebagian yang lain cukup sehat dan men-
            gapa  sebagian besar BUMDesa  mati? Faktor-faktor  apa
            yang mendukung dan menghambatnya?
               Setiap bisnis ekonomi yang dijalankan oleh swasta pada
            umumnya sangat tergantung  pada  faktor-faktor ekonomi
            (modal, manajerial, kewirausahaan, teknologi,  pasar) se-
            mata. Meskipun ada faktor politik tetapi pengaruhnya kecil.
            Banyak swasta, bahkan usaha “satu desa sati produk”, yang
            sukses karena mengandalkan pilar-pilat ekonomi itu, tan-
            pa harus terganggu oleh faktor politik dan modal sosial. Se-
            mentara bisnis BUMN dan BUMD tidak hanya tergantung
            pada  faktor-faktor ekonomi, tetapi  juga  tergantung  pada
            faktor politik dan tatakelola (governance). Kita sering men-
            dengar informasi tentang kebiasaan pejabat politik menjad-
            ikan BUMN dan BUMD sebagai “sapi perah” yang membuat
            perusahaan milik  negara/daerah itu menderita kerugian
            dan bangkrutan. Kebiasaan “sapi perah” itu disebut sebagai
            faktor politik.
               BUMDesa  tampaknya jauh lebih  kompleks  daripada
            bisnis swasta, BUMN maupun BUMDesa, meskipun BUM-
            Desa sebenarnya merupakan bisnis yang kecil dan sederha-
            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          167
     	
