Page 164 - Buku 9
P. 164

pasca bencana juga membangun sarana air bersih di ban-
            yak desa. Pasca proyek pihak pelaksana menyerahkan ke-
            pada masyarakat setempat agar dirawat dan dikelola secara
            berkelanjutan. Namun berdasarkan  pengamatan  kami di
            berbagai tempat tidak sedikit sarana air bersih yang dihi-
            bahkan ke masyarakat itu terbengkelai dan tidak berfungsi.
            Mengapa? Sebagian karena menggunakan perangkat yang
            mahal sehingga tidak mampu dikelola secara mandiri dan
            berkelanjutan oleh masyarakat setempat. Tetapi penyebab
            paling besar adalah ketiadaan otoritas dan tatakelola pada
            kelompok masyarakat yang mengelola sarana air bersih.
               Karena itu pengelolaan air bersih oleh BUMDes merupa-
            kan cara baru, sebuah bentuk perubahan pengelolaan dari
            masyarakat yang anonim kepada desa. Kehadiran BUMDes
            itu melahirkan otoritas dan tatakelola air bersih yang diger-
            akkan oleh desa. Kisah ini juga memberikan petunjuk bah-
            wa pengelolaan dan pelayanan air bersih untuk warga se-
            tempat lebih tepat dilembagakan menjadi kewenangan lokal
            berskala desa yang diatur dan diurus secara mandiri oleh
            desa. Pada tataran yang lebih makro, pengalaman air bersih
            berbasis desa itu menunjukkan bahwa desa mampu mem-
            berikan kontribusi terhadap kepentingan nasional tentang
            penyediaan air bersih, sehingga niscaya desa bisa menyum-
            bang target  nasional (yakni 68,87% warga memperoleh air
            bersih) pada tahun 2015.
               BUMDes brokering dan renting. Sebelum ada BUM-
            Des  sebenarnya sudah  ada banyak desa  yang  menjalakan
            usaha desa dalam bentuk jasa pelayanan atau jasa perantara



            IDE, MISI DAN SEMANGAT UU DESA                          163
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169