Page 161 - Buku 9
P. 161

lum istilah BUMDes itu sendiri lahir. Lembaga Perkreditan
           Desa (LPD) yang hadir dalam desa adat di Bali merupakan
           contoh  village  banking yang terkemuka.   Belakangan  se-
           jumlah  kabupaten membentuk BUMDes LKM secara mu-
           dah, sederhana dan serentak di seluruh desa, dengan tujuan
           yang seragam: mengurangi jeratan warga masyarakat dari
           rentenir sekaligus mempermudah akses kredit bagi warga
           masyarakat  terutama kaum miskin.  Institusi  LKM yang
           prematur ini serupa dengan berbagai dana proyek dana ber-
           gulir yang dijalankan oleh pemerintah seperti SPP PNPM
           Mandiri.
              Ditinjau dari sisi rezim keuangan dan perbankan, BUM-
           Des LKM itu sungguh rentan karena tidak memiliki badan
           hukum sebagai dasar akuntabilitas. Tetapi persoalan dasarn-
           ya bukan terletak pada isu legal standing tetapi pada kinerja
           dan daya tahan BUMDes LKM. Studi FPPD (2010) di Bima,
           Dompu dan Lombok Barat menunjukkan bahwa BUMDes
           LKM yang dibentuk secara cepat oleh pemerintah daerah,
           umumnya mengalami kegagalan dalam waktu cepat akibat
           dari kredit  macet.  Mengapa? Pertama, kepemilikan  mas-
           yarakat yang lemah. Ada anggapan kuat dari masyarakat
           bahwa modal yang diberikan Pemda kepada BUMDes LKM
           merupakan hibah yang tidak perlu dikembalikan. Ini dise-
           but sebagai capture secara berjamaah. Kedua, kesiapan in-
           stitusional BUMDes LKM yang sangat lemah.
              Studi Sutoro Eko dan Borni Kurniawan (2010) di Gowa
           juga menemukan bahwa pilot project Pos Tabungan Mas-
           yarakat (Postama) juga membuahkan kegagalan. Pilot proj-



           160                                         REGULASI BARU,DESA BARU
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166