Page 5 - Buku 9
P. 5

PRAWACANA








              Selo    Soemardjan,    Bapak     Sosiologi   Indonesia,
           termasuk salah satu guru dan pelaku  sejarah yang ikut
           memperjuangkan otonomi desa  di Indonesia. Pada tahun
           1946, Selo  Soemardjan muda  menyiapkan rancangan
           otonomi dan demokrasi desa di Daerah Istimewa Yogyakarta,
           antara  lain menelorkan kebijakan Sri Sultan Hamengku
           Buwono  IX  yang  melakukan penggabungan  (blengketan)
           sejumlah desa menjadi satu desa yang lebih besar, sekaligus
           juga mendistribusikan tanah Sultan ground menjadi tanah
           milik desa (titi  soro untuk orang miskin,  paguron untuk
           gaji para guru, pangonan untuk gembala ternak, sengkeran
           untuk pelestarian tanaman langka, segahan untuk jamuan
           tamu dari luar yang datang ke desa, dan  palungguh atau
           bengkok untuk penghasilan kepala desa dan pamong desa).
           Desa mempunyai otonomi memilih pemimpinnya sendiri,
           melakukan pungutan  seperti  polosoro  (semacam pajak
           penjualan tanah dan ternak), serta mengatur dan mengurus
           tanah untuk kepentingan  desa  dan kesejahteraan  rakyat.


           4                                           REGULASI BARU,DESA BARU
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10