Page 7 - Buku 9
P. 7

pemerintah  yang  tidak pernah memikirkan  desa  secara
           serius. Pada tahun 1956, Selo berujar bahwa sikap politik
           pemerintah  terhadap  desa  tidak jelas.  Pada tahun  1979,
           ketika lahir UU  No. 5/1979  tentang  Pemerintahan Desa,
           Selo juga menyampaikan kekecewaannya karena substansi
           UU itu jauh dari spirit otonomi desa dan demokrasi desa.
           UU yang mendistorsi desa dari kesatuan organik-sosiologis
           menjadi sebatas pemerintahan desa itu tidak hanya merusak
           adat di Luar Jawa, tetapi juga merusak bagunan sosial dan
           otonomi desa  di Jawa. Pada tahun  1992,  Selo  mengulang
           kembali pernyataannya, bahwa sikap pemerintah terhadap
           pemerintah tidak jelas. Tahun 1999, Selo sempat gembira
           menyambut kehadiran UU No. 22/1999 yang menggantikan
           UU  No. 5/1974 dan UU  No. 5/1979, karena  di dalamnya
           membuka ruang dan mengandung spirit otonomi desa dan
           demokrasi desa.

              Namun Prof. Selo, yang berpulang pada tahun 2003,
           tidak sempat  menyaksikan hiruk pikuk perjuangan
           melahirkan  UU Desa sepanjang tahun 2005-2013.  Jika
           sekarang, beliau masih hidup maka beliau akan gembira dan
           bangga menyambut kehadiran  UU Desa. UU No.  6/2014
           tentang  Desa  memang tidak sama dengan  cita rasa desa
           DIY yang dirancang oleh beliau, tetapi UU itu memastikan
           perubahan paradigma dan sikap politik yang meninggalkan
           “desa  lama” dan memulai  “desa  baru”. Dalam konstruksi
           “desa baru” terdapat pengakuan dan penghormatan negara
           kepada desa, negara memberikan mandat kewenangan dan
           pembangunan kepada desa, serta redistribusi sumberdaya
           negara kepada desa.


           6                                           REGULASI BARU,DESA BARU
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12