Page 56 - MALIN KUNDANG
P. 56
Tiba-tiba ia diserang dengan panah-panah kecil yang tidak
terasa dibadan Guliver. Ia hanya menutup matanya dengan
tangan agar panah-panah itu tidak mengenai matanya.
Guliver menarik kapal-kapal musuh ke pelabuhan. "Hidup
Guliver!", "Hebat! Guliver sangat kuat." Akhirnya raja
negeri tetangga memohon maaf dan berjanji tidak akan
berperang lagi dan akan menjalin persahabatan.
Esok harinya, Guliver menemukan perahu yang sudah rusak dan hanyut terombang-ambing
ombak. "Kalau kondisi perahu ini baik, aku mungkin bisa bertemu dengan kapal laut yang
akan pulang ke Inggris. Penduduk negeri itu membantu Guliver memperbaiki perahu.
Berkat usaha dan kerjasama yang baik, dalam sekejap perahu itu sudah bagus
kembali. "Terima kasih banyak atas bantuan kalian semua."
Tibalah hari kepulangan Guliver. Ia dibekali makanan dan
juga sapi-sapi yang dinaikkan ke perahu. "Baginda, saya
telah merepotkan selama tinggal disini dalam waktu yang
lama, maafkan saya jika saya banyak kesalahan." "Hati-
hatilah Guliver dan selamat jalan." Setelah diantar Raja
dan segenap penduduk negeri, perahu Guliver berangkat
menuju lautan. "Beberapa hari kemudian, dari arah depan perahu,
Guliver melihat kapal laut besar. Ia segera melambaikan tangannya dan ia pun ditolong
oleh kapal itu. Kebetulan sekali, ternyata kapal itu akan pulang ke Inggris. "Syukurlah
akhirnya aku bisa pulang ke Inggris," ucap Guliver dalam hati. Orang-orang dikapal merasa
kagum dan aneh dengan cerita Guliver dan melihat sapi kecil yang dibawa olehnya.
SEPATU ABU KOSIM
Abu Kosim adalah seorang laki-laki setengah baya yang hidup di kota Bagdad. Badannya
kurus dan kecil, jenggotnya mirip jenggot kambing. Ia hidup seorang diri
di rumah yang cukup sederhana. Selama ini Abu Kosim dikenal sebagai
orang yang pelit pada dirinya sendiri. Barang-barang yang dimilikinya
tidak akan dibuang atau diberikan kepada orang lain sebelum terlihat
amat dekil. Salah satunya adalah sepatu. Sepatu terbuat dari kulit
unta yang telah dipakai bertahun-tahun itu tetap dipertahankan
meskipun sudah sangat dekil, berlubang di sana-sini dan menyebarkan
bau tidak sedap.
Suatu hari Abu Kosim bertemu dengan sahabat lamanya di kolam renang. Di tempat
tersebut sahabatnya berjanji akan membelikan sepatu baru. "Karena saya lihat sepatu
kamu sudah bau tong sampah," kata sahabatnya sedikit menyindir.
"Wah, kalau begitu terimakasih," ucap Abu Kosim tanpa merasa tersindir sedikit pun.
Sewaktu Abu Kosim selesai mandi, di dekat sepatu bututnya ada sepatu baru yang amat
bagus. Warnanya hitam dengan hiasan warna emas di sana-sini.
"Sahabatku memang baik," gumam Abu Kosim tercengang melihat sepatu itu. Ia kira